Ini bukan kali pertama bagiku
menempuh jarak yang cukup jauh untuk pulang ke rumah. Namun, perjalanan kali
ini memberi arti tersendiri bagiku. Untuk pulang ke rumah, aku mempunyai 2
pilihan kendaraan biasanya : Pesawat atau kereta, tentunya dengan harga
mahasiswa.. ^_^
Seringkali kalau pulang dengan kereta, aku diantar sampai stasiun. Tapi kali
ini tidak. Libur hanya 1 minggu tapi keinginan pulang mencuat bak roket yang
akan meluncur cepat ke angkasa.. J
Kepastian
untuk libur belum juga pasti, aku pun tidak berani memesan tiket karena tanggal
kepulangan yang masih ngambang. Bisa dibilang saat itu aku berada di garda
depan untuk memperjuangkan liburan, mendesak para PJ matakuliah untuk bertanya
kepada dosen tentang kepastian libur. Ya, kali ini kakak angkatan di jurusan ku
akan berangkat ke Malaysia untuk study tour, ditemani oleh dosen-dosen tetap di
kampus. Karena ada kuota yang masih kosong, beberapa temanku pun juga ikut
serta. Dosen yang tidak ikut ke Malaysia memang seharusnya tetap mengajar
seperti biasa, tapi itulah kami.. berjuang agar libur 1 minggu penuh hingga
mahasiswa luar Jakarta bisa pulang ke kampung halaman. :D
Hari Jumat, Pukul 19.00 WIB.
Malam hari saat rembulan
ikut menemani, aku belum memutuskan untuk pulang. Tiket pun juga belum ada di
tangan. Sedangkan teman-temanku yang akan pulang satu jalur denganku akan
berangkat besok habis shubuh. Galau, ya itulah yang aku rasakan. Sabtu aku
masih harus ikut acara pelatihan kepenulisan, antara harus melaksanakan
kewajiban atau melepas rindu yang tak tertahankan. Galau, lagi-lagi galau.
Akhirnya
sekitar pukul 9 malam, setelah aku mendapat lampu hijau alias izin untuk tidak
hadir di pelatihan kepenulisan, aku putuskan untuk pulang hari Sabtu. Pertimbangannya,
pertama aku belum pernah ke stasiun sendirian, aku takut nyasar. Kedua, aku belum pernah beli tiket sendiri di
stasiun, takut nanti kenapa2 atau dibohongin orang. Ketiga, memanfaatkan waktu
liburan sebaik-baiknya agar bisa cepat bertemu dengan keluarga. Hem,
alasan-alasan manja memang, tapi menurutku itu penting. :D
Packing
kilat, menyiapkan ini itu cepat-cepat, merapikan kamar. Semuanya serba kilat
bahkan sampai tidur pun aku gelisah memikirkan besok akan pulang tapi tidak ada
kepastian tiket pulang. Sampai akhirnya aku melihat jam di HP, 00.00 WIB. Kupaksakan
mata untuk terpejam, melambai-lambai pada sebuah dimensi lain, mimpi.
***
Aku
memerjapkan mata, melihat tiba-tiba sudah jam setengah 5. Terlonjak kaget,
karena sedikitpun aku tidak mendengar alarm dan telpon yang berkali-kali masuk. Astaghfirullah...
Usai Sholat Shubuh, Aku
langsung siap-siap. Karena tidak sempat sarapan, aku langsung ke dapur
memanaskan masakan tadi malam, ada tumis cap cai sama sambal goreng tempe. Aku
ambil tempat makan yang sudah aku siapkan tadi malam, aku isi nasi, lauk aku
bungkus dengan plastik. Cepat-cepat karena diburu waktu. Ke-tiga temanku yang
lainnya mungkin sudah siap. Saat semua kupastikan sudah di pack dengan
baik. Aku keluar dari rumah kontrakan dan janjian dengan ketiga temanku yang di
jalan raya.
Hari
itu, kami naik angkutan umum 2x, dari jalan depan rumah, sampai ke jalan raya,
lalu lanjut ke tempat bis Kopaja. Kami naik Kopaja jurusan stasiun Gambir dan
ternyata kopaja itu juga akan berhenti di stasiun senen. Akhirnya kami membagi
2, aku dan temanku akan berhenti di Gambir, mencari tiket di sana. Dua temanku
yang lain akan melanjutkan perjalanan dan berhenti di stasiun senen, untuk
melihat tiket yang di sana.
Tepat
pukul 07.00, aku dan temanku sampai lebih dulu di Stasiun Gambir. Kami bergegas
mengambil antrian panjang di depan loket. Saat tiba giliran kami,
“Bapak,
tiket jurusan surabaya”
“Semua
tiket sudah habis,” Ujar Bapak penjaga loket tiket.
Lemas.
Kami terus menanyakan kira-kira kereta untuk jurusan Surabaya masih ada atau
tidak, tapi ternyata benar-benar ludes. Perut semakin keroncongan, akhirnya
kita duduk sebentar, berpikir menyusun rencana selanjutnya. Kami pun memutuskan
untuk pergi ke stasiun senen naik bis metromini dari depan stasiun gambir.
Pandangan
pertama yang aku tangkap, antrian yang sangat panjang di depan loket. Mungkin
sekitar 5 m. Wah, sempat berkecil hati, namun aku yakin pasti ada jalan,
pasti dimudahkan. Akhirnya aku bertemu dengan kedua temanku. Salah satu temanku
bilang bahwa mereka sudah punya tiket. Tiket itu didapat dari seseorang yang
sudah beli tiket tapi tidak jadi berangkat, ada 3 tiket, 2 tiket dewasa dan 1
tiket anak-anak. Badanku semakin gemetar. Aduh, aku bingung harus bagaimana
lagi.
Kami
pun berjalan melihat-lihat loket, antrian sepanjang itu tapi ternyata loket
masih tutup. Aduh, ngeri. Terus berjalan ke sana kemari, sampai akhirnya
temanku bertanya kepada Satpam penjaga gerbang.
“Bapak,
kereta tujuan Jogjakarta itu beli tiketnya dimana ya?”
“Loh,
itu keretanya sebentar lagi sudah mau berangkat. Belinya di loket 15.”