HOME

Featured Post

Rindu Cahaya Islam kembali Membentangi Langit Eropa bahkan Dunia

oleh : Khaura El-Syada    Judul   : 99 Cahaya di Langit Eropa  Penulis : Hanum Salsabiela Rais dan Rangga  Almahera  Penerbi...

  • Read books to travel the world..

    A book is a magical thing that lets you travel to far-away places without ever leaving your chair...

  • Apoteker Muda

    Nothing worth having comes easy. Do more to achieve more...

  • Getting to know My Profession

    Apa itu Apoteker?......

Perempuan : Cinta dan Peperangan


Judul Buku                : A Thousand Splendid Suns
Penulis                        : Khaled Hosseini
Penerbit                      : Qanita
Tahun terbit              : Cetakan VII tahun 2009
Tebal                          : 516
            Perempuan, banyak sejarah mencatat bahwa kehidupan perempuan dulu pernah dihinakan kemudian kembali dimuliakan oleh Islam. Bahkan bagi kebanyakan orang di zaman dulu, memiliki anak perempuan itu seperti aib. Padahal sejatinya Perempuan itu sosok mulia, pendidik generasi bangsa, pencetak generasi terbaik. Perempuan seringkali mengutamakan perasaan daripada rasionalitas, katanya, karena itu perempuan selalu dianggap sosok penuh kasih sayang. Tapi, Bagaimana jika sosok perempuan yang sejatinya adalah sosok yang lemah lembut dihadapkan dengan keinginan meraih cinta di tengah-tengah fakta peperangan yang terjadi di depan mata? Benarkah perempuan akan lebih mendahulukan perasaan dibandingkan rasionalitas di tengah hiruk-pikuk perang yang melanda?
            Novel perdana Khaled Hosseini telah menunjukkan banyak prestasi yang gemilang dengan judul ‘The Kite Runner’, salah satunya yaitu 2 tahun bertengger di daftar New York Times bestseller. Kini penulis kembali muncul dengan novel keduanya berjudul ‘A Thousand Splendid Suns’. Masih berlatarkan Afganistan, tapi dengan kisah yang tentunya berbeda dan tidak kalah menarik.
            Kisah tentang dua tokoh wanita, Mariam dan Laila, yang seolah terlahir di tempat dan waktu yang tidak tepat. Dua tokoh wanita yang memperjuangkan cinta di tengah dasyatnya peperangan.
“Hati Pria sangat berbeda dengan rahim Ibu, Mariam. Rahim tak akan berdarah ataupun melar karena harus menampungmu. Hanya akulah yang kau miliki di dunia ini, dan kalau aku mati, kau tak akan punya siapa-siapa lagi, ...”

Waspada!!! Penipuan meraja...

Ini hanyalah salah satu kisah mungkin dari sejuta bahkan miliaran kisah yang ada. Kisah ini kisah nyata yang dialami oleh ibunda dari sahabatku. Di sini saya hanya ingin berbagi cerita agar Anda lebih berhati-hati terhadap modus-modus penipuan yang semakin kreatif.
Seperti kata Bang Napi, "Waspadalah, waspadalah..."

Kisah ini saya bungkus selayaknya sebuah cerita pendek dengan nama-nama samaran. Tapi diangkat dari kisah nyata.

----
Ada 3 anggota keluarga, Ria sebagai kakak pertama yang saat ini duduk di bangku kuilah, hilman dan Amil, adik Ria. Amil ini masih di bangku Sd. Tapi Hilman sudah kelas 3 SMA. dan Ibunda yang sangat mereka sayangi. Ibunda yang tak pernah lelah menabur benih cinta. Ibunda yang selalu tampakkan wajah ceria.
Seperti biasa, kegiatan di pagi hari, bunda menyiapkan sarapan. Ria, Hilman dan Amil menyiapkan ini itu untuk keperluan belajar sebelum berangkat. Usai sarapan, satu persatu berpamitan, menenteng tas masing-masing untuk berangkat menuntut ilmu. Tempat sekolah Ria, Hilman dan Amil berjarak lumayan jauh dari rumah, untuk itu mereka harus lebih rajin berangkat awal. Tak lupa mereka menyalami tangan bunda, Bunda tersayang. ^^

Matahari belum benar-benar berada di atas kepala dan udara belum begitu panas. Rumah sudah rapi. Bunda sedang duduk santai di teras rumah. Tadinya suasana sekitar rumah rame, bapak-bapak akan berangkat kerja, anak-anak berangkat sekolah. Sudah lewat beberapa jam dan sekarang sepi.
Kriing...Kriing...
"Halo, Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumsalam. Apa ini benar Ibu dari Amil, siswa kelas 6 SD di SD Bintang? " Sahut suara dari seberang, parau diselingi dengan isak tangis.
"Iya benar. Maaf, ini dengan siapa?" Deg. Bunda agak cemas mendengar suara di seberang yang diikuti dengan isak tangis.
"Saya Guru dari Amil, bu. Begini, kami minta maaf karena kelalaian kami menjaga Amil. Amil terjatuh dari lantai 3 gedung sekolah. Kepalanya terbentur besi, dan Amil sekarang tidak sadarkan diri."
Suara itu membuat Bunda terduduk lemas.
"Astaghfirullah, Amil anakku. Bagaimana keadaannya, bu?" Bunda sudah tidak bisa menahan isak tangisnya yang pecah.