HOME

Featured Post

Rindu Cahaya Islam kembali Membentangi Langit Eropa bahkan Dunia

oleh : Khaura El-Syada    Judul   : 99 Cahaya di Langit Eropa  Penulis : Hanum Salsabiela Rais dan Rangga  Almahera  Penerbi...

  • Read books to travel the world..

    A book is a magical thing that lets you travel to far-away places without ever leaving your chair...

  • Apoteker Muda

    Nothing worth having comes easy. Do more to achieve more...

  • Getting to know My Profession

    Apa itu Apoteker?......

Catatan di Sudut Lantai 3

Hari ini kuliah masuk jam setengan 10 dan saya sudah ada di kampus sejak jam 6 pagi...ih waw...
Rajiiin bener, mau buka gerbang kali ya? hehe

karena ada waktu kosong, jadinya saya akan cuap-cuap di blog, berharap dapat cuap-cuap sesuatu yang bermanfaat deh... ^_^

Kenapa jam 6?
karena jam 6 ada agenda rapat...mau aja sih rapat jam 6 pagi?
jawabannya, pending dulu....

Tau lah masalah komitmen...
Saat kita masuk ke dalam suatu organisasi atau lah memutuskan untuk kuliah di sebuah universitas, ada sebuah komitmen yang dipegang...
Komitmen ini hal yang rumit jika hanya dibahas sekedar definisi...komitmen berkaitan erat dengan konsekuensi pilihan yang sudah kita tentukan..

hem, jika kita sudah memilih B, maka ada sebuah konsekuensi di mana komitmen itu harus benar-benar dipegang kuat biar bisa mencapai sebuah tujuan...
Lah begitu juga dengan pilihan pagi ini yang saya alami, saya sudah memilih untuk bergabung di sebuah organisasi, dan ada agenda rapat jam 6 padahal masuknya jam setengah 10...
kalau di awalnya tidak ada komitmen yang kuat? Maka dijamin, saya NGGAK bakalan datang...
hahahaa

Lah ini nyambung loh sama pilihan aqidah..loh kok?
Iya lah, saat kita memilih untuk ber-aqidah Islam, maka pada pilihan itu ada konsekuensi juga untuk berkomitmen dan menjalankan semua aturan yang diberikan...
Bisa aja deh ya, dari yang awalnya cuman tentang rapat dihubungkan dengan masalah konsekuensi dalam ber-aqidah...loh iya dong... hehe 
Masak rapat aja dibela-belain datang sepagi ini, kadang juga sampek lembur ngerjain amanah dari organisasi, lembur segala dengan tugas kuliah...
Lantas apa yang telah dilakukan dalam hal konsekuensi aqidah ini?
Sudah lembur sampai begitu kah? Sudah kuatkah iman kita?

Well Well Well...
Tulisan curhat ini semoga bisa jadi refleksi juga buat para pembaca dan juga saya...
Seharusnya komitmen dalam beraqidah ini juga sangat besar...
Setujuuu?

Okelah sampai sini dulu ya...
Mau ngasih makan mencit peliharaan buat praktikum dulu...
Nyambung lain kali ya...
Salam

Demokrasi di Indonesia : Dipertahankan atau Dihapuskan?


Oleh : Syarifatul Mufidah (Ipho)
            Demokrasi bukan lagi kata yang asing di telinga kita, sering sekali mendengar kata demokrasi, entah itu di berita ataupun bacaan-bacaan yang beredar. Indonesia pun termasuk ke dalam deretan negara yang terdepan dalam menegakkan prinsip demokrasi. Namun, jika saja ditanyakan makna dari demokrasi sendiri, tidak sedikit yang menggelengkan kepala lantas hanya menjawab “Bebas berpendapat” atau “Dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat”. Dua kalimat itu yang akan populer muncul dari kebanyakan orang. Sebenarnya apa itu demokrasi? Benarkah dengan demokrasi Indonesia akan lebih sejahtera?
            Banyak pertanyaan-pertanyaan yang lantas tertampung di kepala. Untuk menjawab sekedarnya saja itu adalah hal mudah. Dan secara normatif, tidak dibenarkan untuk memaksakan pendapat terhadap orang lain. Maka sebagai akademisi kampus, menjawab pertanyaan-pertanyaan itu harus berdasarkan teori dan berlandaskan pada fakta sehingga nanti akan banyak yang membelalakkan mata untuk mengetahui seluk-beluk demokrasi.
Apa itu demokrasi?
            Secara etimologi atau bahasa, kata demokrasi berasal dari kata democratie yang berasal dari Yunani. Terdiri dari kata demos yang berarti rakyat dan cratos yang berarti kekuasaan. Demokrasi lebih dikenal dengan istilah Kedaulatan Rakyat, rakyatlah yang berkuasa dan mengendalikan aturan-aturan yang ada. Makna kata ‘Kedaulatan’ itu sendiri ialah ‘sesuatu yang mengendalikan dan melaksanakan aspirasi’.
            Sedangkan secara terminologi atau istilah, Demokrasi secara lugas adalah Sistem Pemerintahan yang secara konseptual memiliki prinsip dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Maka dikenal istilah vox populi vox de (suara rakyat suara Tuhan).
            Salah satu pilar demokrasi adalah prinsip trias politica yang membagi ketiga kekuasaan politik negara (eksekutif, yudikatif dan legislatif ) untuk diwujudkan dalam tiga jenis lembaga negara yang saling lepas (independent) dan berada dalam peringkat yg sejajar satu sama lain. Kesejajaran dan independensi ketiga jenis lembaga negara ini diperlukan agar ketiga lembaga negara ini bisa saling mengawasi dan saling mengontrol berdasarkan prinsip.
            Ketiga jenis lembaga-lembaga negara tersebut adalah lembaga-lembaga pemerintah yang memiliki kewenangan untuk mewujudkan dan melaksanakan kewenangan eksekutif, lembaga-lembaga pengadilan yang berwenang menyelenggarakan kekuasaan judikatif dan lembaga-lembaga perwakilan rakyat (DPR,  untuk Indonesia) yang memiliki kewenangan  menjalankan kekuasaan legislatif. Di bawah sistem ini, keputusan legislatif dibuat oleh masyarakat atau oleh wakil yang wajib bekerja dan bertindak sesuai aspirasi masyarakat yang diwakilinya (konstituen) dan yang memilihnya melalui proses pemilihan umum legislatif, selain sesuai hukum dan peraturan.1
Kritikan-kritikan Terhadap Demokrasi
            Kritikan terhadap demokrasi sudah ada sejak lama. Banyak sekali hal yang harusnya disadari lebih awal bahwa demokrasi memang tidak selayaknya diterapkan.
q  Plato : 4
Plato mengkritik penerapan demokrasi pada masa Yunani Kuno, yaitu kekalahan Athena dalam peperangan Peloponesia pada 404 SM antara Athena dan Sparta. Menurutnya, kekalahan Athena tersebut akibat ketidakmampuan sistem demokrasi untuk memenuhi kebutuhan rakyat di bidang politik, moral, dan spiritual. Kematian guru tercinta Plato, yaitu Socrates diakibatkan rekayasa hukuman pemerintahan demokrasi Athena. Kejadian traumatik tersebut membuat Plato berkesimpulan bahwa sistem pemerintahan demokrasi tidak baik karena dipenuhi kebobrokan (dekadensi) moral para penguasa demokrasi Athena saat itu.
q  Thomas Hobbes (1588-1679), menurutnya rakyat tidak dapat dipercaya untuk membuat keputusan tersendiri sebagaimana diterapkan dalam sistem demokrasi karena rakyat cenderung mementingkan kepentingan mereka sendiri (selfishly motivated). Watak alami rakyat adalah jahat dan tidak dapat dipercaya untuk memerintah.5

Farmasi : Berdaya Saing Internasional Bukan Ciri Mahasiswa Kursi


Tema : IPSF and Students’ Exchange ProgramSarana Penunjang Daya Saing Mahasiswa Farmasi Indonesia di Tingkat Dunia.

***
              Mahasiswa Kursi, mungkin ini adalah istilah baru bagi sebagian orang. Kenapa harus kursi? Tidak ada jawaban pasti, hanya saja kursi adalah benda yang pasti kita temui di hari-hari kita. Pernahkah kita melihat kursi yang menumpuk rapi di sudut ruangan? Atau pernahkah mengamati berbagai macam tipe kursi yang diletakkan di berbagai ruangan yang berbeda?. Kursi ditata rapi dengan menumpuknya, kursi yang satu menindih kursi yang lainnya, rasanya sesak. Saat kita kembali mengambil kursi yang tertumpuk dan menatanya rapi membentuk sebuah barisan yang teratur hingga kursi-kursi itu tidak lagi saling menindih, tidak lagi merasa sesak, tapi kursi itu hanya diam dan tidak mengucapkan terimakasih. Bahkan, saat berbagai tipe kursi, ada yang diletakkan di dapur, ada yang diletakkan di ruang tamu karena dianggap kursi itu pantas dinikmati oleh tamu-tamu penting, malahan ada yang dibuang, kursi-kursi itu hanya diam.
            Mengambil filosofi kursi yang hanya diam saat diperlakukan seperti apapun, ya itulah sejatinya sebuah benda mati, tidak mungkin berbicara mengeluarkan keluh kesahnya atau sekedar mengeluarkan pendapatnya. Mahasiswa kursi, mahasiswa yang hanya diam, tidak kritis, padahal dia bukan benda mati dan punya potensi untuk bersuara mengeluarkan pendapatnya, mengkritisi keadaan yang ada. Jelas, ini bukanlah ciri dari mahasiswa ideal. Mahasiswa itu agent of change, bagaimana bisa ada perubahan jika mahasiswa sekarang adalah mahasiswa kursi?
            Mahasiswa kursi itu tidak pernah berpikir untuk maju, dia hanya akan diam di tempat. Dan jelas ini bukan ciri Mahasiswa Farmasi. Farmasi sendiri terus berkembang semakin pesat, beriringan dengan perkembangan teknologi yang semakin canggih. Farmasi sendiri selalu memberikan karya-karya baru untuk perubahan yang lebih baik. Kalau saja farmasi dipegang oleh mahasiswa kursi, bagaimana wajah farmasi saat ini? Jangan mengaku sebagai mahasiswa farmasi kalau masih mau menjadi mahasiswa kursi, karena ini bukan tempat untuk mereka, para mahasiswa kursi.
            Mahasiswa farmasi ideal itu yang berpikir terus untuk maju, peka terhadap problem-problem yang ada, khususnya bidang farmasi. Tidak hanya diam di tempat seperti ciri mahasiswa kursi. Mahasiswa farmasi yang ideal itu terus bergerak, berpikir di luar kotak untuk mengatasi problematika yang terjadi. Oleh karena itu, jika membicarakan mahasiswa farmasi yang ideal khususnya untuk mahasiswa farmasi di Indonesia, mereka tidak hanya kritis terhadap isu-isu berskala nasional, tapi juga peka serta kritis terhadap isu-isu internasional.
            IPSF (International Pharmaceutical Students’ Federation) adalah sebuah organisasi yang non-pemerintah, non-politik, dan non-religius serta merupakan organisasi advokasi mahasiswa farmasi terkemuka berskala internasional yang mempromosikan perbaikan kesehatan masyarakat melalui penyediaan informasi, jaringan pendidikan, berbagai kegiatan publikasi dan kegiatan profesional.