Tema : IPSF and Students’ Exchange Program: Sarana Penunjang Daya Saing Mahasiswa Farmasi Indonesia di Tingkat Dunia.
***
Mahasiswa Kursi, mungkin ini adalah
istilah baru bagi sebagian orang. Kenapa harus kursi? Tidak ada jawaban pasti,
hanya saja kursi adalah benda yang pasti kita temui di hari-hari kita.
Pernahkah kita melihat kursi yang menumpuk rapi di sudut ruangan? Atau
pernahkah mengamati berbagai macam tipe kursi yang diletakkan di berbagai
ruangan yang berbeda?. Kursi ditata rapi dengan menumpuknya, kursi yang satu
menindih kursi yang lainnya, rasanya sesak. Saat kita kembali mengambil kursi
yang tertumpuk dan menatanya rapi membentuk sebuah barisan yang teratur hingga
kursi-kursi itu tidak lagi saling menindih, tidak lagi merasa sesak, tapi kursi
itu hanya diam dan tidak mengucapkan terimakasih. Bahkan, saat berbagai tipe
kursi, ada yang diletakkan di dapur, ada yang diletakkan di ruang tamu karena dianggap
kursi itu pantas dinikmati oleh tamu-tamu penting, malahan ada yang dibuang,
kursi-kursi itu hanya diam.
Mengambil filosofi kursi yang hanya
diam saat diperlakukan seperti apapun, ya itulah sejatinya sebuah benda mati,
tidak mungkin berbicara mengeluarkan keluh kesahnya atau sekedar mengeluarkan
pendapatnya. Mahasiswa kursi, mahasiswa yang hanya diam, tidak kritis, padahal
dia bukan benda mati dan punya potensi untuk bersuara mengeluarkan pendapatnya,
mengkritisi keadaan yang ada. Jelas, ini bukanlah ciri dari mahasiswa ideal. Mahasiswa
itu agent of change, bagaimana bisa ada perubahan jika mahasiswa
sekarang adalah mahasiswa kursi?
Mahasiswa kursi itu tidak pernah
berpikir untuk maju, dia hanya akan diam di tempat. Dan jelas ini bukan ciri
Mahasiswa Farmasi. Farmasi sendiri terus berkembang semakin pesat, beriringan
dengan perkembangan teknologi yang semakin canggih. Farmasi sendiri selalu
memberikan karya-karya baru untuk perubahan yang lebih baik. Kalau saja farmasi
dipegang oleh mahasiswa kursi, bagaimana wajah farmasi saat ini? Jangan mengaku
sebagai mahasiswa farmasi kalau masih mau menjadi mahasiswa kursi, karena ini
bukan tempat untuk mereka, para mahasiswa kursi.
Mahasiswa farmasi ideal itu yang
berpikir terus untuk maju, peka terhadap problem-problem yang ada, khususnya
bidang farmasi. Tidak hanya diam di tempat seperti ciri mahasiswa kursi. Mahasiswa
farmasi yang ideal itu terus bergerak, berpikir di luar kotak untuk mengatasi
problematika yang terjadi. Oleh karena itu, jika membicarakan mahasiswa farmasi
yang ideal khususnya untuk mahasiswa farmasi di Indonesia, mereka tidak hanya
kritis terhadap isu-isu berskala nasional, tapi juga peka serta kritis terhadap
isu-isu internasional.
IPSF (International
Pharmaceutical Students’ Federation) adalah sebuah organisasi yang non-pemerintah,
non-politik, dan non-religius serta merupakan organisasi advokasi mahasiswa
farmasi terkemuka berskala internasional yang mempromosikan perbaikan kesehatan
masyarakat melalui penyediaan informasi, jaringan pendidikan, berbagai kegiatan
publikasi dan kegiatan profesional.
IPSF berdiri diprakarsai oleh
mahasiswa-mahasiswa yang kritis, mahasiswa ideal, bukan mahasiswa kursi. IPSF
menaungi mahasiswa farmasi untuk melakukan perbaikan-perbaikan berskala
internasional serta merupakan sarana yang bagus untuk mengenal dunia farmasi
internasional.
Jika pendidikan di Indonesia
bertujuan untuk mengembangkan potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab seperti yang tertera pada UU
No.20/2003. Maka untuk mencapai tujuan itu, tidak hanya didapat dari bangku
perkuliahan saja, melainkan mahasiswa harus kreatif, terus bergerak dan kritis.
Dibutuhkan sebuah wadah tersendiri yang dapat merangsang mahasiswa yang
berilmu, mandiri dan bertanggungjawab.
Dalam pencapaian tujuan disana ada proses, dimana proses
itu bisa cepat namun bisa juga begitu lamban. Proses yang cepat biasanya
dipengaruhi oleh adanya faktor kompetitif, daya saing yang tinggi. Begitulah
memang harus ada kompetisi global berskala intenasional sehingga tujuan yang
diinginkan cepat tercapai.
Maka disini IPSF bisa menjadi sebuah wadah yang dapat
merangsang jiwa kompetisi para mahasiswa farmasi. Seperti contohnya kemarin
telah diadakan kongres dunia IPSF yang ke-57 di Hat Yai, Thailand pada tanggal
3-13 Agustus 2011, ini dapat menjadi sebuah sarana pertemuan besar, perkumpulan
mahasiswa farmasi tingkat dunia. Kongres tersebut selain sebagai ajang temu
mahasiswa farmasi juga dapat dijadikan sebuah ajang untuk bertukar informasi
tentang perkembangan kemajuan dunia farmasi di negara-negara lain, mungkin bisa
dari segi kurikulum atau segi lainnya. Dengan begitu, ada keinginan untuk mengaplikasikan
kemajuan-kemajuan tersebut di negara masing-masing.
Tidak berhenti hanya pada kongres, banyak program lain
seprti student exchange yang juga bisa menjadi sarana untuk mengenal
kemajuan farmasi di belahan dunia yang lain. Sebuah program yang memungkinkan
mahasiswa untuk bereksplorasi di negara lain. Mobilitas dalam pendidikan
farmasi merupakan faktor penting dalam mempersiapkan mahasiswa farmasi untuk
bekerja sebagai profesional kesehatan dalam lingkungan global. Melalui program
pertukaran mahasiswa ini, IPSF berusaha untuk meningkatkan peluang perbaikan
dalam pendidikan farmasi dengan cara memfasilitasi mahasiswa dan memberikan
pengalaman profesional berskala internsional.
Adanya sarana-sarana tersebut harusnya dapat dimanfaatkan
dengan baik. Jika sarana sudah tersedia, maka tak ada lagi kata untuk masih
tetap menjadi mahasiswa kursi. Mahasiswa Farmasi tidak boleh gelap mata atau
hanya sekedar duduk di atas kursi dan menjadi penonton, tapi harus bergerak
memberikan karya nyata untuk bangsa. Oleh karena itu, Mahasiswa farmasi di Indonesia benar-benar
diharapkan untuk bisa terus bersaing skala internasional sehingga dapat
menunjukkan eksistensi Indonesia di mata dunia.
*******
Tulisan essay ini saya tulis dalam rangka mengikuti seleksi LK III Ismafarsi
di kampus UIN Syahid Jakarta
0 komentar:
Post a Comment