HOME

Featured Post

Rindu Cahaya Islam kembali Membentangi Langit Eropa bahkan Dunia

oleh : Khaura El-Syada    Judul   : 99 Cahaya di Langit Eropa  Penulis : Hanum Salsabiela Rais dan Rangga  Almahera  Penerbi...

Farmasi : Berdaya Saing Internasional Bukan Ciri Mahasiswa Kursi


Tema : IPSF and Students’ Exchange ProgramSarana Penunjang Daya Saing Mahasiswa Farmasi Indonesia di Tingkat Dunia.

***
              Mahasiswa Kursi, mungkin ini adalah istilah baru bagi sebagian orang. Kenapa harus kursi? Tidak ada jawaban pasti, hanya saja kursi adalah benda yang pasti kita temui di hari-hari kita. Pernahkah kita melihat kursi yang menumpuk rapi di sudut ruangan? Atau pernahkah mengamati berbagai macam tipe kursi yang diletakkan di berbagai ruangan yang berbeda?. Kursi ditata rapi dengan menumpuknya, kursi yang satu menindih kursi yang lainnya, rasanya sesak. Saat kita kembali mengambil kursi yang tertumpuk dan menatanya rapi membentuk sebuah barisan yang teratur hingga kursi-kursi itu tidak lagi saling menindih, tidak lagi merasa sesak, tapi kursi itu hanya diam dan tidak mengucapkan terimakasih. Bahkan, saat berbagai tipe kursi, ada yang diletakkan di dapur, ada yang diletakkan di ruang tamu karena dianggap kursi itu pantas dinikmati oleh tamu-tamu penting, malahan ada yang dibuang, kursi-kursi itu hanya diam.
            Mengambil filosofi kursi yang hanya diam saat diperlakukan seperti apapun, ya itulah sejatinya sebuah benda mati, tidak mungkin berbicara mengeluarkan keluh kesahnya atau sekedar mengeluarkan pendapatnya. Mahasiswa kursi, mahasiswa yang hanya diam, tidak kritis, padahal dia bukan benda mati dan punya potensi untuk bersuara mengeluarkan pendapatnya, mengkritisi keadaan yang ada. Jelas, ini bukanlah ciri dari mahasiswa ideal. Mahasiswa itu agent of change, bagaimana bisa ada perubahan jika mahasiswa sekarang adalah mahasiswa kursi?
            Mahasiswa kursi itu tidak pernah berpikir untuk maju, dia hanya akan diam di tempat. Dan jelas ini bukan ciri Mahasiswa Farmasi. Farmasi sendiri terus berkembang semakin pesat, beriringan dengan perkembangan teknologi yang semakin canggih. Farmasi sendiri selalu memberikan karya-karya baru untuk perubahan yang lebih baik. Kalau saja farmasi dipegang oleh mahasiswa kursi, bagaimana wajah farmasi saat ini? Jangan mengaku sebagai mahasiswa farmasi kalau masih mau menjadi mahasiswa kursi, karena ini bukan tempat untuk mereka, para mahasiswa kursi.
            Mahasiswa farmasi ideal itu yang berpikir terus untuk maju, peka terhadap problem-problem yang ada, khususnya bidang farmasi. Tidak hanya diam di tempat seperti ciri mahasiswa kursi. Mahasiswa farmasi yang ideal itu terus bergerak, berpikir di luar kotak untuk mengatasi problematika yang terjadi. Oleh karena itu, jika membicarakan mahasiswa farmasi yang ideal khususnya untuk mahasiswa farmasi di Indonesia, mereka tidak hanya kritis terhadap isu-isu berskala nasional, tapi juga peka serta kritis terhadap isu-isu internasional.
            IPSF (International Pharmaceutical Students’ Federation) adalah sebuah organisasi yang non-pemerintah, non-politik, dan non-religius serta merupakan organisasi advokasi mahasiswa farmasi terkemuka berskala internasional yang mempromosikan perbaikan kesehatan masyarakat melalui penyediaan informasi, jaringan pendidikan, berbagai kegiatan publikasi dan kegiatan profesional.

            IPSF berdiri diprakarsai oleh mahasiswa-mahasiswa yang kritis, mahasiswa ideal, bukan mahasiswa kursi. IPSF menaungi mahasiswa farmasi untuk melakukan perbaikan-perbaikan berskala internasional serta merupakan sarana yang bagus untuk mengenal dunia farmasi internasional.
            Jika pendidikan di Indonesia bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab seperti yang tertera pada UU No.20/2003. Maka untuk mencapai tujuan itu, tidak hanya didapat dari bangku perkuliahan saja, melainkan mahasiswa harus kreatif, terus bergerak dan kritis. Dibutuhkan sebuah wadah tersendiri yang dapat merangsang mahasiswa yang berilmu, mandiri dan bertanggungjawab.
            Dalam pencapaian tujuan disana ada proses, dimana proses itu bisa cepat namun bisa juga begitu lamban. Proses yang cepat biasanya dipengaruhi oleh adanya faktor kompetitif, daya saing yang tinggi. Begitulah memang harus ada kompetisi global berskala intenasional sehingga tujuan yang diinginkan cepat tercapai.
            Maka disini IPSF bisa menjadi sebuah wadah yang dapat merangsang jiwa kompetisi para mahasiswa farmasi. Seperti contohnya kemarin telah diadakan kongres dunia IPSF yang ke-57 di Hat Yai, Thailand pada tanggal 3-13 Agustus 2011, ini dapat menjadi sebuah sarana pertemuan besar, perkumpulan mahasiswa farmasi tingkat dunia. Kongres tersebut selain sebagai ajang temu mahasiswa farmasi juga dapat dijadikan sebuah ajang untuk bertukar informasi tentang perkembangan kemajuan dunia farmasi di negara-negara lain, mungkin bisa dari segi kurikulum atau segi lainnya. Dengan begitu, ada keinginan untuk mengaplikasikan kemajuan-kemajuan tersebut di negara masing-masing.
            Tidak berhenti hanya pada kongres, banyak program lain seprti student exchange yang juga bisa menjadi sarana untuk mengenal kemajuan farmasi di belahan dunia yang lain. Sebuah program yang memungkinkan mahasiswa untuk bereksplorasi di negara lain. Mobilitas dalam pendidikan farmasi merupakan faktor penting dalam mempersiapkan mahasiswa farmasi untuk bekerja sebagai profesional kesehatan dalam lingkungan global. Melalui program pertukaran mahasiswa ini, IPSF berusaha untuk meningkatkan peluang perbaikan dalam pendidikan farmasi dengan cara memfasilitasi mahasiswa dan memberikan pengalaman profesional berskala internsional.
            Adanya sarana-sarana tersebut harusnya dapat dimanfaatkan dengan baik. Jika sarana sudah tersedia, maka tak ada lagi kata untuk masih tetap menjadi mahasiswa kursi. Mahasiswa Farmasi tidak boleh gelap mata atau hanya sekedar duduk di atas kursi dan menjadi penonton, tapi harus bergerak memberikan karya nyata untuk bangsa. Oleh karena itu,  Mahasiswa farmasi di Indonesia benar-benar diharapkan untuk bisa terus bersaing skala internasional sehingga dapat menunjukkan eksistensi Indonesia di mata dunia.
*******

Tulisan  essay ini saya tulis dalam rangka mengikuti seleksi LK III Ismafarsi 
di kampus UIN  Syahid Jakarta

0 komentar:

Post a Comment