HOME

Featured Post

Rindu Cahaya Islam kembali Membentangi Langit Eropa bahkan Dunia

oleh : Khaura El-Syada    Judul   : 99 Cahaya di Langit Eropa  Penulis : Hanum Salsabiela Rais dan Rangga  Almahera  Penerbi...

  • Read books to travel the world..

    A book is a magical thing that lets you travel to far-away places without ever leaving your chair...

  • Apoteker Muda

    Nothing worth having comes easy. Do more to achieve more...

  • Getting to know My Profession

    Apa itu Apoteker?......

Sebuah Catatan...

Hidup itu penuh perubahan, iya nggak?
dari pas bayi sampek kita sekarang, dari saat jadi MABA yang masih kupu-kupu sekarang menjadi Mahasiswa kura-kura alias kuliah rapat - kuliah rapat...

Awal mengenal lingkungan kampus masih beradaptasi, menengok kanan kiri, melihat situasi sampai akhirnya terdampar menjadi Mahasiswa yang cupu, kemudian ikut-ikutan daftar organisasi di kampus, awal ketemu sama yang namanya HMJ atau BEM. Galau, bingung mengambil keputusan mau ikut yang mana ya? ahh, namanya juga hidup, pasti penuh pilihan.
Ada kata seorang senior ketika pertama kali bingung memilih mau ikut yang skup kecil di HMJ atau sekalian yang besar di fakultas, dia punya kata-kata yang bagus, yang saat itu aku pegang.
"Dua-duanya bagus, dua-duanya bisa dipilih. Namun, tak bisakah menjadi seorang yang ingin ikut aktif memajukan yang skup kecil? skup yang lebih membutuhkanmu mungkin. Namun, keputusan ada di tanganmu" (Bahasa sudah di-edit)

Akhirnya ketemu calon ketua BEM yang awalnya ragu mau ikut support, lalu menilik misi, menilik niat, akhirnya klik ikutan. Awalnya merangkak, awalnya mulai berdiri, berjalan lalu coba berlari. Ingin buktikan bahwa baru berpartisipasi bukan tak tau apa-apa.
Pada awalnya tak ada target. Kerjaannya ngangguk aja dimasukin ke sana, oh mungkin ini yang cocok. Pada awalnya hanya berlabel "sekedar ikutan", berlabel "ah, pengen tau dunia organisasi di kampus". cupu banget ya?

Seiring waktu berjalan, sadar bahwa harus ada tujuan yang ingin dicapai. karena ternyata banyak hal yang harus dikorbankan. Waktu, tenaga, pikiran, dana, dan mungkin bahkan perkara hati. Awalnya hanya faham secara teori bahwa pengorbanan itu hanya konsekuensi, tapi ternyata aplikasinya seperti menginjak duri, sakit terkadang, lelah, frustasi, rasanya waktu itu hanya 24 jam sehari dan terlalu banyak sekali hal yang harus dikerjakan karena beban akademik yang besar.

Saat itulah aku memandangi wajah mereka, wajah kita, luar biasa pengorbanan ini, dan banyak sekali pembelajaran yang didapat.

Aku mulai mengerti bahwa komunikasi itu hal yang sepele tapi bisa membawa petaka dalam sebuah hubungan bersama.
Aku mengerti bahwa hebat itu bukan hanya saat acara terselesaikan dengan baik tapi bagaimana cara kita menyiapkan acara yang baik.
Aku mengerti bahwa wibawa tak selamanya menyelesaikan masalah kepemimpinan karena juga dibutuhkan wawasan luas.
Aku mengerti bahwa ketika alasan kebersamaan kita adalah hanya untuk penyelesaian proker-proker maka semua kebersamaan ini usai ketika proker itupun usai.
Aku mengerti bahwa teori mengkritisi sebuah kepemimpinan itu lebih mudah daripada menjadi pemimpin.
Aku mengerti bahwa ketika amanah telah dipegang, maka peganglah lunas sampai batas tuntas. Tak ada kata mundur, tak ada berhenti, yang ada hanyalah maju sampai titik habis semangat yang makin terkikis di perjalanan.
Aku mengerti bahwa ego yang tinggi dalam berorganisasi akan menjadi sebuah masalah yang tak terselesaikan, hingga benar-benar membutuhkan personal yang bijak memanajemen dirinya sendiri.
Aku mengerti bahwa semuanya menjadi hambar ketika hanya ada perintah tanpa ada tauladan.
Banyak sekali, andai terdokumentasikan dengan baik, pelajaran-pelajaran ini mungkin akan menajdi sebuah buku kehidupan yang tebal. *edisi lebay* :)

Aku mengerti bahwa wajah-wajah ini adalah wajah-wajah luar biasa.

Saat itu sadar bahwa, mereka orang-orang terpilih. Yang memilih hidupnya dipusingkan dengan urusan orang lain, disibukkan dengan urusan yang menyangkut banyak orang. Maka sangat sayang ketika ego masih menjadi alasan, sayang ketika alasan personal masih jadi hambatan, sayang ketika targetnya adalah hanya untuk perkembangan personal diri, dan sangat sekali disayangkan saat semua pilihan ini bukan karenaNya dan bahkan sangat disayangkan ketika semua yang dilakukan bukan karena perintahNya.

Masa-masa itu sebuah puzzle mozaik yang melengkapi cerita kehidupan. Seneng, susah, sedih, ketawa, menangis, rasanya aneh kalo diingat-ingat dan mungkin senyum-senyum sendiri. haha
Pelajaran-pelejaran berharga, kisah-kisah tak terlupa, semoga semuanya menjadi bekal menghadapi hal-hal ke depan, seperti sekarang.

Kini langkah itu tetap dilanjutkan, saat memilih untuk tetap berada pada posisi yang sama walau dengan tempat yang berbeda. Aku punya bekal, bekal yang sudah diberikan oleh keluarga besar yang semoga sampai sekarang kita masih satu rasa, satu cita. Berpindah bukan berarti lupa dengan visi dulu yang ingin dicapai di skup kecil, semoga dengan berpindah bisa menjadi representasi yang baik, bisa membantu menggapai cita.
Awalnya ragu, karena tak ada lagi kalian. Ragu karena lagi-lagi harus beradaptasi, tapi kalian sudah pernah mengajarkan bagaimana harus merangkak, berdiri, berjalan dan berlari pada waktu singkat. Hingga kini, bukan lagi hal yang susah, semoga. Tapi semua keluarga punya ciri khas, bukan?
Dan sekarang pun keluarga baru yang telah terbentuk juga memiliki ciri khas.

Hari ini, tempat duduknya sudah berubah. Orang-orangnya juga sudah berganti, ada perasaan aneh melihat keluarga baru, dengan wajah penuh janji masa depan.
Semuanya pasti akan melewati masalah, semuanya akan mengalami pasang surut, semuanya tidak akan berjalan mulus seperti jalan tol. Tapi itulah inti ceritanya.

Di sela kemudahan yang Dia berikan, Dia sisipkan kesulitan untuk ujian keimanan. Dan di sela kesulitan yang didapatkan, Dia sisipkan kemudahan sebagai jawaban doa yang dipanjatkan.

Langkah-langkah yang pernah dilalui semoga bisa menjadi memori yang indah namun keluarga besar yang telah dibentuk semoga tetap terpatri, tak ada sungkan dan enggan dalam keluarga walau tak lagi bersama, bukankah itu ending cerita ini? : D

Semoga segala coretan langkah ke depan menjadi lebih baik dari yang pernah didapatkan sekarang.
Kalaulah aku ini seorang kakek, yang mempunyai pesan untuk generasi selanjutnya, mungkin kira-kira isinya seperti ini:
Wajah kalian menjanjikan masa depan walau tanpa ucapan janji, buah itu tumbuh dari pilihan akar yang baik di masa silam, maka pilihlah akar-akar terbaik sekarang untuk mendapatkan buah yang lebih baik di masa yang akan datang dengan ridhoNya. ^_^

Kalaulah tulisan ini lebay, mohon dimaklumi. hehe
Kalaulah tulisan ini tak jauh beda sama kertas lusuh, maka diperkenankan untuk membuang di tempat sampah bukan di sembarang tempat
Dan Kalaulah tulisan ini bermanfaat, semoga manfaatnya tak sekedar di alam mimpi namun menjadi sebuah realisasi.

Salam,
Khaura El-Syada