HOME

Featured Post

Rindu Cahaya Islam kembali Membentangi Langit Eropa bahkan Dunia

oleh : Khaura El-Syada    Judul   : 99 Cahaya di Langit Eropa  Penulis : Hanum Salsabiela Rais dan Rangga  Almahera  Penerbi...

Belajar dari Surfaktan..

 Lagi....
Kita harus banyak belajar dari apapun, benda di sekitar kita..
Mengambil hikmahnya.. ^_^

Kali ini kita akan belajar dari sosok surfaktan...
Dalam dunia farmasi, sosok surfaktan bak sosok bijak, kenapa???

Sebelum kita belajar, mengambil suatu hikmah dari surfaktan, kita harus tau lebih dulu apa itu surfaktan??.

Seperti gambar di atas, surfaktan memiliki dua gugus, atau kalau dianimasikan dia memiliki kepala dan ekor. Kepala nya dianggap sebagai gugus yang bersifat hidrofil dan ekornya dianggap sebagai gugus yang bersifat hidrofob. Gugus Hidrofil itu adalah gugus polar, karena polar dia cenderung lebih suka dengan air. Sedangkan gugus hidrofob itu adalah gugus non-polar, karena non-polar dia cenderung lebih suka minyak.

Contoh paling gampang, saat kita akan membuat emulsi (Campuran air dan minyak). Air dan minyak adalah dua zat yang saling tidak bercampur. Tau kan? Saat kita mencuci piring deh, pasti sangat kelihatan bahwa air dan minyak itu bermusuhan. Nah lo.... 
Di sinilah, keberadaan surfaktan itu sangat penting.
Pertama-tama, surfaktan akan menurunkan tegangan permukaan antara air dan minyak. Istilahnya, keduanya sama-sama ngotot, jadinya harus ada yang ngademin dulu. Surfaktan pun datang untuk menurunkan emosi keduanya. Tegangan permukaan itu akan terus turun hingga mencapai KMK (Konsentrasi Missle kritik). Setelah itu, akan terbentuk missle. Kalau dianimasikan, kurang lebih gambarnya seperti gambar di bawah ini.

Jadi, minyak yang tadinya bersatu, mulai pecah menjadi globul-globul kecil. Globul-globul minyak ini mulai menyatu dengan air. Ini adalah berkat bantuan dari surfaktan.
Pada gambar tersebut ditunjukkan bahwa kepala dari surfaktan mengarah ke air, karena tadi sudah dijelaskan dia hidrofil, polar.
Dan ekor dari surfaktan mengarah ke minyak, karena dia bersifat hidrofob, non-polar.

Sehingga yang tadi pertamanya, saat air dan minyak dicampurkan terjadi pemisahan antara keduanya. Sekarang, minyak sudah terpecah menjadi globul-globul kecil yang menyebar bebas dalam air. Bisa bayangin nggak? tapi mereka ukurannya kecil, tidak terlihat jelas, apalagi kalau sediaan mikroemulsi. Jangan membayangkan akan ada globul seperti bola bola besar dalam suatu sediaan emulsi ya...^_*
Jadi, terlihat bahwa mereka sudah bersatu, homogen.
Sungguh bijak kan sosok surfaktan ini? Dia bisa mendamaikan 2 kubu saling berselisih, bahkan ngotot-ngotot an dari awal bertemu. Sehingga tak ada lagi perpecahan.

Allah itu Maha adil. Ada yang kaya dan ada yang miskin. Begitupula saat ada yang ngotot-ngotot an, marah-marah an, saling menghujat. Sejatinya harus ada pula yang mendinginkan. Siapa?
Orang itu adalah kita. Belajarlah untuk menjadi sosok yang kedatangannya sangat dinantikan. Bukan berarti sok bijak yah... ^^

Surfaktan, sebijak itukah??

Ada hal positif, ada pula hal negatif.
Selain sosok yang bijak, ada lagi hal-hal lain yang bisa kita pelajari dari sosok surfaktan ini. Apa itu?
Tau kan surfaktan punya dua gugus yang benar-benar berlainan sifatnya. Surfaktan seakan-akan tidak berprinsip, dia suka air, tapi ternyata juga suka minyak. Dia suka sholat, tapi ternyata juga suka maksiat. Astaghfirullah, jangan sampek deh...

Harus ada prinsip yang kita pegang. Dan kemudian prinsip itulah yang mendasari setiap langkah hidup kita. Apalagi anak muda, yang cenderung cepat terbawa arus. saya juga muda kok, loh... ^_*
Karena muda cenderung mencoba-coba ini itu, masih istilahnya mencicipi masakan, rasa asin, manis pahitnya kehidupan. Makanya orang tua itu sering bilang "Kita ini sudah banyak melewati manis pahitnya kehidupan,,,"..iya kan??
So, Jadilah kepribadian yang berprinsip teguh. Bismillahhirrohmanirrohim...


Habis baca ini, lantas jangan berpikir. Berarti harus jadi seperti surfaktan dong, Bijak bisa mendamaikan, tapi tidak berprinsip???
Oh..TIDAK...bukan begitu maksudnya. Ini hanyalah sekelumit pelajaran yang bisa diambil dari sesosok surfaktan-yang hampir tiap hari ditemui di bangku kuliah saya-. Ada segi positifnya yang bisa dicontoh, namun juga ada segi negatifnya untuk dihindari.
Sebagai Cermin diri saja, agar ke depannya kita lebih bisa menjadi insan yang baik. Siap?


"So, Jangan jadi seperti surfaktan, yang tidak berpendirian, Tapi ambillah hikmah dari Surfaktan yang bisa mendamaikan."




Salam,
~Khaura El-Syada~








0 komentar:

Post a Comment