HOME

Featured Post

Rindu Cahaya Islam kembali Membentangi Langit Eropa bahkan Dunia

oleh : Khaura El-Syada    Judul   : 99 Cahaya di Langit Eropa  Penulis : Hanum Salsabiela Rais dan Rangga  Almahera  Penerbi...

Demokrasi di Indonesia : Dipertahankan atau Dihapuskan?


Oleh : Syarifatul Mufidah (Ipho)
            Demokrasi bukan lagi kata yang asing di telinga kita, sering sekali mendengar kata demokrasi, entah itu di berita ataupun bacaan-bacaan yang beredar. Indonesia pun termasuk ke dalam deretan negara yang terdepan dalam menegakkan prinsip demokrasi. Namun, jika saja ditanyakan makna dari demokrasi sendiri, tidak sedikit yang menggelengkan kepala lantas hanya menjawab “Bebas berpendapat” atau “Dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat”. Dua kalimat itu yang akan populer muncul dari kebanyakan orang. Sebenarnya apa itu demokrasi? Benarkah dengan demokrasi Indonesia akan lebih sejahtera?
            Banyak pertanyaan-pertanyaan yang lantas tertampung di kepala. Untuk menjawab sekedarnya saja itu adalah hal mudah. Dan secara normatif, tidak dibenarkan untuk memaksakan pendapat terhadap orang lain. Maka sebagai akademisi kampus, menjawab pertanyaan-pertanyaan itu harus berdasarkan teori dan berlandaskan pada fakta sehingga nanti akan banyak yang membelalakkan mata untuk mengetahui seluk-beluk demokrasi.
Apa itu demokrasi?
            Secara etimologi atau bahasa, kata demokrasi berasal dari kata democratie yang berasal dari Yunani. Terdiri dari kata demos yang berarti rakyat dan cratos yang berarti kekuasaan. Demokrasi lebih dikenal dengan istilah Kedaulatan Rakyat, rakyatlah yang berkuasa dan mengendalikan aturan-aturan yang ada. Makna kata ‘Kedaulatan’ itu sendiri ialah ‘sesuatu yang mengendalikan dan melaksanakan aspirasi’.
            Sedangkan secara terminologi atau istilah, Demokrasi secara lugas adalah Sistem Pemerintahan yang secara konseptual memiliki prinsip dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Maka dikenal istilah vox populi vox de (suara rakyat suara Tuhan).
            Salah satu pilar demokrasi adalah prinsip trias politica yang membagi ketiga kekuasaan politik negara (eksekutif, yudikatif dan legislatif ) untuk diwujudkan dalam tiga jenis lembaga negara yang saling lepas (independent) dan berada dalam peringkat yg sejajar satu sama lain. Kesejajaran dan independensi ketiga jenis lembaga negara ini diperlukan agar ketiga lembaga negara ini bisa saling mengawasi dan saling mengontrol berdasarkan prinsip.
            Ketiga jenis lembaga-lembaga negara tersebut adalah lembaga-lembaga pemerintah yang memiliki kewenangan untuk mewujudkan dan melaksanakan kewenangan eksekutif, lembaga-lembaga pengadilan yang berwenang menyelenggarakan kekuasaan judikatif dan lembaga-lembaga perwakilan rakyat (DPR,  untuk Indonesia) yang memiliki kewenangan  menjalankan kekuasaan legislatif. Di bawah sistem ini, keputusan legislatif dibuat oleh masyarakat atau oleh wakil yang wajib bekerja dan bertindak sesuai aspirasi masyarakat yang diwakilinya (konstituen) dan yang memilihnya melalui proses pemilihan umum legislatif, selain sesuai hukum dan peraturan.1
Kritikan-kritikan Terhadap Demokrasi
            Kritikan terhadap demokrasi sudah ada sejak lama. Banyak sekali hal yang harusnya disadari lebih awal bahwa demokrasi memang tidak selayaknya diterapkan.
q  Plato : 4
Plato mengkritik penerapan demokrasi pada masa Yunani Kuno, yaitu kekalahan Athena dalam peperangan Peloponesia pada 404 SM antara Athena dan Sparta. Menurutnya, kekalahan Athena tersebut akibat ketidakmampuan sistem demokrasi untuk memenuhi kebutuhan rakyat di bidang politik, moral, dan spiritual. Kematian guru tercinta Plato, yaitu Socrates diakibatkan rekayasa hukuman pemerintahan demokrasi Athena. Kejadian traumatik tersebut membuat Plato berkesimpulan bahwa sistem pemerintahan demokrasi tidak baik karena dipenuhi kebobrokan (dekadensi) moral para penguasa demokrasi Athena saat itu.
q  Thomas Hobbes (1588-1679), menurutnya rakyat tidak dapat dipercaya untuk membuat keputusan tersendiri sebagaimana diterapkan dalam sistem demokrasi karena rakyat cenderung mementingkan kepentingan mereka sendiri (selfishly motivated). Watak alami rakyat adalah jahat dan tidak dapat dipercaya untuk memerintah.5

q  Carol Gould, menyatakan bahwa teori demokrasi (liberal) yang berdiri di atas landasan prinsip individualisme liberal yang menjunjung kebebasan individu tidak relevan lagi pada saat ini. Sebab prinsip seperti itu hanya akan menciptakan manusia yang egois dan asosial, yang mengutamakan kepentingan sendiri. Dengan demikian prinsip individualisme liberal memberikan pembenaran terhadap ketimpang kehidupan sosial dan ekonomi dalam struktur sosial masayarakat.6
q  NoreenaHertz, menurutnya praktik demokrasi telah dibajak oleh kekuatan korporasi-korporasi internasional yang mampu mempengaruhi dan menaklukkan negara-negara dengan kekuatan modalnya. Korporasi-korporasi tersebut tampil menjadi kekuatan ekonomi yang jauh lebih berkuasa daripada pejabat negara yang terpilih melalui pemilihan umum yang demokratis sekalipun. Korporasi-korporasi yang sepak terjangnya melintasi pelbagai penjuru bumi tersebut kerapkali memanipulasi dan menekan pemerintah dengan cara legal maupun ilegal sekaligus. Para pemimpin politik pada zaman ini, meski dipilih melalui pemilihan umum, cenderung melayani kepentingan korporasi multinasional yang sejak empat dekade ini merupakan aktor ekonomi politik internasional yang sangat penting disamping negara. Kondisi inilah yang menyebabkan terancamanya demokrasi pada suatu negara sehingga terjadi the death of democracy.7
            Pendapat-pendapat diatas menunjukkan dan kembali memperkuat bahwa demokrasi dari awal sudah cacat dan tidak bisa menjamin kesejahteraan bahkan beberapa mengatakan demokrasi itu berbahaya. Maka berangkat dari semua kritikan awal ini, kita juga harus menelusuri fakta-fakta yang ada di sekitar kita yaitu fakta demokrasi di Indonesia.
Fakta demokrasi di Indonesia
            Secara garis besar, dari pengertian demokrasi, dapat ditarik kesimpulan bahwa demokrasi harus sesuai dengan aspirasi rakyat. Lantas apa yang terjadi sekarang? Aspirasi rakyat bagian mana yang telah diperjuangkan oleh para wakil rakyat? Apakah benar kritikan-kritikan dari Plato dan lainnya terbukti bahwa demokrasi adalah sistem yang berbahaya?
            Fakta pertama, sebuah survey Centre for Strategic and International studies (CSIS) pada 16-24 Januari 2012 lalu menemukan bahwa mayoritas rakyat tidak lagi percaya kepada partai politik. Angkanya cukup besar, yakni mencapai 87,4 persen. Kepercayaan sudah luntur melihat tingkah laku wakil rakyat yang terpilih tak lagi berpihak pada rakyat. Bagaimana tidak? Setelah proyek toilet DPR yang menghabiskan tak kurang Rp 2 miliar, sekarang tambah pula acara renovasi ruang Banggar yang menguras uang rakyat hingga Rp 20,3 miliar. Proyek perawatan gedung DPR sebesar Rp 500 miliar dan proyek lainnya. Bukan angka kecil untuk membayar kinerja buruk wakil rakyat kita. Beberapa daerah seperti Palembang dan Jakarta, misalnya. Walaupun fasilitas yang ada masih representatif, para wakil rakyat ini tetap ngotot meminta renovasi.
            Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) terakhir per September 2011, lebih dari 29,89 juta orang Indonesia masih dalam kondisi miskin. Sementara sekitar 27,8 juta orang Indonesia berada dalam kondisi hampir miskin. Ironis, di saat rakyat masih terjerat kemiskinan, uang rakyat justru dihambur-hamburkan. Pantaskah rasanya ini dilakukan oleh para wakil rakyat, mereka menginjak dan menyengsarakan rakyat. Inikah potret demokrasi yang dibanggakan?
            Tak hanya itu, Fakta kedua, Jumlah perkara tindak pidana korupsi di Tanah Air yang memasuki tahap penyidikan dari Januari hingga Agustus 2011 mencapai 1.018 kasus. perkara tindak pidana korupsi yang memasuki tahap penyelidikan, sebanyak 357 kasus, sedangkan jumlah perkara yang memasuki tahap penyidikan sebanyak 1.018 kasus. Dari seribuan perkara korupsi tersebut, terdapat 825 perkara tindak pidana korupsi yang memasuki tahap penuntutan.2
            Adapun jumlah uang negara yang berhasil diselamatkan dari ratusan kasus tersebut, dalam bentuk rupiah sebesar Rp 68,46 miliar dan dalam bentuk dolar sebanyak 2.920,56 dolar AS. Dalam dua tahun terakhir, indeks persepsi korupsi Indonesia versi Transparency International (TI) berada pada angka 2,8 dengan rangking 110 dari 178 negara pada tahun 2009 dan angka 2,8 dengan rangking 110 dari 180 negara terkorup pada tahun 2010. Sedangkan versi Political and Economic Risk Consultantcy Ltd (PERC), Indonesia memiliki indeks persepsi korupsi 8,32 pada tahun 2009 dan 9,10 pada tahun 2010, serta menempatkannya sebagai negara terkorup di Asia yang berada di bawah Vietnam dan Filipina.2
                Berita tentang korupsi tak henti menghiasi televisi. Perkara meja hijau bak sinteron yang penuh konspirasi. Tidak cukup dengan sederet tingkah yang telah dipaparkan. Fakta ketiga, Dewasa ini telah berhembus kabar tentang kenaikan BBM yang pastinya sangat meresahkan rakyat. Rencana kenaikan harga BBM itu juga sudah dimasukkan dalam RAPBN-P 2012 yang sudah diajukan kepada DPR. Rencana itu menuai banyak sekali penolakan dari hampir seluruh kalangan masyarakat. Pemberitaan kenaikan BBM ini sudah mulai berdampak dengan naiknya harga kebutuhan pokok di beberapa tempat misal Mojokerto Jatim, Magelang Jateng, Manokwari Papua, Padang dan beberapa daerah lannya seperti yang diberitakan oleh kompas (13/3). Secara pasti hal ini semakin menderitakan rakyat. Sudah jatuh tertimpa tangga pula, itulah gambaran penderitaan rakyat sekarang. Inikah aspirasi rakyat yang sedang mereka perjuangkan di bangku pemerintahan?
            Tidak berhenti di sini, masih ada fakta terakhir yang harus diungkapkan. Jika kita melirik ke bagian ekonomi, pada tahun 2011 lalu, angka pertumbuhan ekonomi di Indonesia sangat fantastis : 6,5 %. Angka itu menempatkan kekuatan ekonomi Indonesia diurutan ketiga Asia. Selain itu, pemerintah juga dianggap sukses menekan angka kemiskinan hingga 12,3 % dan pengangguran berhasil diturunkan hingga 6,6 %. Anehnya, ketika pertumbuhan ekonomi menukik naik, indeks pembangunan manusia (IPM) Indonesia justru terjun bebas. Pada tahun 2011, menurut laporan PBB, IPM jatuh dari peringkat 108 menjadi 124. Realitas lain memperlihatkan adanya PHK masal, usaha menengah dan kecil gulung tikar, biaya kebutuhan hidup semakin tinggi dan daya beli rakyat semakin menurun. Yang perlu digaris bawahi adalah rasio gini Indonesia mencapai rekor tertinggi : 0,38. Artinya, kesenjangan sosial antara yang kaya dan miskin makin lebar.3
                Fakta yang ada tidak hanya berkutat dengan aspek politik, kesejahteraan sosial, meja hijau tapi juga mencakup permasalahan ekonomi yang tentunya juga merupakan pilar penting pengukur kejahteraan pada sebuah negara. Apa hubungan semua itu dengan demokrasi? Ada, ini adalah potret hasil demokrasi yang gagal memberikan jawaban kesejahteraan. Ini juga menjadi bukti kritikan Plato dan lainnya bahwa demokrasi memang seharusnya tidak diterapkan karena berbahaya dan pastinya tidak dapat menyejahterakan rakyat.
Menulusuri Fakta Demokrasi
            Fakta-fakta yang telah dipaparkan membuat kita kembali membuka mata menelusuri kembali demokrasi yang telah dijunjung tinggi. Jika ditengok kembali, baik fakta pertama sampai fakta yang terakhir, salah satunya disebabkan oleh sistem politik demokrasi yang berbiaya mahal. Untuk menjadi wakil rakyat saja dibutuhkan biaya besar untuk kampanye hingga dapat berhasil meraih kursi anggota dewan. Maka saat para wakil rakyat terpilih, yang pertama terpikir adalah balik modal. Tak heran jika korupsi semakin merebak, anggaran dana dengan nominal fantastis dan tidak realistis, disusul dengan kebijakan-kebijakan yang semakin mencekik leher rakyat. Wakil rakyat pun akan mengabdi demi kepentingan sendiri dan kepentingan rakyat diperalat untuk mendapatkan keuntungan lebih.
            Deretan tingkah para wakil rakyat diperparah lagi dengan sifat hedonis pada dirinya, sehingga mereka manfaatkan posisi wakil rakyat untuk mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya, tujuannya kini hanyalah uang bukan yang lainnya. Materi, materi dan materi.
            Lihatlah tempat parkir gedung DPR seperti sebuah ajang pamer kekayaan dengan deretan mobil termewah. Lihatlah rumah-rumah pejabat pemerintah yang menjulang tinggi, menatap langit dengan pongah. Lantas masih banyak yang berpendapat bahwa pejabat pemerintahan maupun parpol telah menyalahgunakan demokrasi. Mereka tidak menerapkan sistem demokrasi dengan bijak. Lalu, penerapan sistem demokrasi seperti apa yang baik? Bukankah demokrasi di Indonesia sudah berjalan semestinya? Lihatlah, Demokrasi di Indonesia memperoleh pujian di tingkat internasional. Itu membuktikan praktik demokrasi sungguh jauh lebih baik, tapi apa hasilnya? Nihil. Demokrasi hanya menjadi panggung ilusi semata. Demokrasi dijunjung tinggi hanya saat PEMILU, padahal demokrasi bukan hanya sekedar memilih pejabat pada PEMILU.
            Selain karena sistem demokrasi yang berbiaya mahal. Jelas bahwa dalam demokrasi kedaulatan ada di tangan rakyat, yang membuat peraturan sekaligus pelaksana. Sedangkan saat kedaulatan ada di tangan rakyat yang juga sebagai pelaksana peraturan, pasti saat membuat peraturan ada kepentingan yang dibawa, ada sebuah pikiran agar mendapat keuntungan dan keringanan sebagai pelaksana peraturan. Ini pasti akan terjadi jika pembuat peraturan dan pelaksan ada dalam satu fragmen yang sama.
            Jika bukan demokrasi yang disalahkan, apakah akan menyalahkan deretan pejabat pemerintah yang duduk tenang di kursinya? Mereka terjebak dalam fragmen demokrasi yang lantas membawa mereka mengikuti arus. Lalai akan sebuah tanggung jawab besar yang sedang dipikulnya. Dan yang lebih mendasar lagi, semua itu disebabkan oleh tipisnya keimanan dan ketakwaan pada diri mereka hingga tujuan utama bukan lagi akhirat, tempat pertanggungjawaban, melainkan dunia yang penuh dengan kefanaan. Lalu akan sampai kapan rakyat dibiarkan terinjak oleh kaki-kaki wakil rakyatnya sendiri? Jika begitu, Masihkah akan bersikukuh mempertahankan demokrasi dengan segala catatan buramnya?

Jika Bukan Demokrasi, Lalu apa?
            Ya, Miris sekali melihat demokrasi terlahir dari garda umat Islam terbesar di dunia. Para intelektual muslim dan kalangan pesantren pun ikut menjadi pendukung demokrasi. Sungguh sangat ironi. Kenapa? Karena jelas demokrasi bukan sistem yang diajarkan oleh Islam. Fakta-fakta yang telah dipaparkan hanyalah beberapa contoh kebobrokan sistem politik demokrasi. Dari awal, demokrasi sudah menuai banyak kritikan. Tapi tetap saja mereka dibutakan oleh fakta dan bersikukuh memegang demokrasi. Bahkan ada yang terlanjur suka dengan demokrasi, lantas dia mengatakan adanya demokrasi islam. Semua ini adalah nol besar, dan hanya pengalihan agar demokrasi tetap diterapkan. Kenapa? Karena saat fakta-fakta di atas sudah di depan mata, lantas akan muncul pertanyaan, jika bukan demokrasi, lalu apa?
            Demokrasi lahir pada awalnya karena beberapa penguasa di Eropa beranggapan bahwa penguasa adalah wakil Tuhan di bumi dan berhak memerintah berdasarkan kekuasaan. Demokrasi adalah istilah Barat yang digunakan untuk menunjukkan pemerintahan dari, oleh dan untuk rakyat. Rakyat menjadi penguasa mutlak dan pemilik kedaulatan. Rakyat berkuasa membuat segala Undang-Undang yang mengatur segalanya dengan sebebas-bebasnya. Saat sebuah peraturan dibuat dan suatu hal yang mustahil jika harus mengumpulkan seluruh rakyat maka dibentuklah perwakilan rakyat yang dianggap mewakili suara untuk merumuskan peraturan yang akan diterapkan dengan kekuasaan dan kedaulatan yang dimiliki. Maka jangan heran jika akhirnya mereka mementingkan kepentingan individu dan sama sekali tidak membela rakyat. Tidakkan aneh melihat ini semua? Rakyat juga manusia yang diciptakan oleh Sang Pencipta. Dengan sebuah analogi ada sebuah mainan, mobil remote control yang dibuat, tidak mungkin rasanya mobil itu bergerak sendiri, harus ada si penggerak yang menggerakkan remote control agar mobil ini melaju dengan teratur, tidak menabrak kanan-kiri dan berjalan di jalur jalan yang memang telah disediakan.
            Begitulah juga dengan rakyat, jika mereka sendiri yang membuat peraturan dengan segala kekuasaan yang dimiliki maka tidak bisa diingkari pasti ada sebuah kepentingan dibalik peraturan-peraturan itu. Namun lain halnya jika Allah, sang Pencipta-lah yang mengatur segala halnya. Dia yang menciptakan manusia, maka Dia pula-lah yang membuat aturan kehidupan. Maka mobil itu adalah rakyat, remote control itu adalah aturan-aturan Islam dan pembuat aturan-aturan itu adalah Allah.
Peran Pemuda
            Pemuda adalah agent of change, pemimpin perubahan. Perubahan yang seperti apa?
            Berbicara tentang sebuah perubahan bukanlah hal mudah. Mahasiswa Psikologi pernah mengatakan bahwa perubahan harus dimulai dari keyakinan bahwa keadaan ini memang benar-benar tidak pantas untuk dipertahankan. Maka berangkat dari kesadaran intelektual, pemuda sebagai agen perubahan terus menelusuri fakta dan kemudian menggali fakta-fakta yang ada hingga menemukan solusi sejati tidak hanya solusi semu seperti potret pemerintah yang buruk, lantas menuntut penurunan presiden, pergantian anggota dewan dan semacamnya. Apakah ini benar akan menyelesaikan masalah?
            Pergantian presiden yang diminta oleh rakyat khususnya para pemuda saat reformasi ternyata pun menghasilkan sesuatu yang sama. Maka sampai kapan akan menuntut naik turunnya pejabat pemerintahan? Sebenarnya siapa yang bersalah? Saat pejabat diganti dengan yang baru, hasil tetaplah sama. Jelas dapat disimpulkan bahwa kesalahan ini bukan hanya pada pejabat pemerintah tapi juga pada sistem demokrasi yang diterapkan. Secara sistemik sudah cacat, maka yang diganti bukan hanya pejabatnya melainkan sistem yang menaungi negara.
            Maka dari kesadaran intelektual, jika pemuda sudah yakin dengan harusnya dilakukan gerakan perubahan, pemuda harus menjadi pemimpin perubahan. Karena ini adalah perubahan sistem, tidak bisa secara tiba-tiba, maka butuh banyak sekali persiapan. Awalnya pemuda juga harus mengopinikan kepada rakyat tentang akar masalah yang kemudian membutuhkan solusi perubahan yang hakiki sehingga rakyat pun memahami keadaan. Saat seluruh rakyat telah memahami keadaan dan merasa memang Sistem Islam lah yang harusnya diterapkan, maka nanti rakyatlah yang akan meminta agar sistem Islam ini diterapkan. Karena sistem yang sekarang digunakan adalah demokrasi yang intinya adalah pemerintahan dari rakyat, maka saat rakyat menginginkan perubahan, saat rakyat menuntut pergantian sistem, ini dapat diwujudkan. Karena rakyat adalah pemegang kekuasaan.
            Itulah deretan fakta, sebuah saksi nyata atas ilusi panggung demokrasi yang sudah cacat sejak lahir. Demokrasi pun tidak layak lagi untuk dipertahankan sehingga dengan kata lain demokrasi harus dihapuskan. Maka, sangat jelas dan tanpa ragu lagi menyimpulkan bahwa solusi keborokan segala panggung demokrasi adalah Islam. Dan jelaslah peran kita sebagai pemuda adalah menggenggam bara islam di genggaman dan menyebarkan kehangatannya kepada setiap sudut ruang serta memimpin perubahan. Karena Islam itu Indah dan Islam itu adalah rahmatan lil ‘alamin-rahmat bagi seluruh alam.

 " يا أيها الذين آمنوا ادخلوا في السلم كآفة ولا تتبعوا خطوات الشيطان إنه لكم عدو مبين "
“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara kaffah (keseluruhannya), dan janganlah kamu turuti langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.”(Q.S Al-Baqarah : 208)







* Catatan kaki :
1 Astarizon, “Demokrasi”, http://www.astarizon.org/wawasan/demokrasi.html
5Anti-democracy,´ Bioethics and Deliberative Democracy: Five Warnings from Hobbes´, http://www.anti-democracy.com/2010/02/article-bioethics-and-deliberative.html
6Journals Cambridge,´ Globalizing Democracy and Human Rights Carol Gould´, http://journals.cambridge.org/action/displayAbstract?fromPage=online&aid=5453148
8 Sumber lain.

****
Cerita di balik tulisan ini...

Tulisan ini saya buat dalam rangka lomba FISIP days di kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Saat daftar pertama kali, judulnya bukanlah ini, karena dapat perpanjangan waktu untuk mengumpulkan naskah, jadinya saya kembali memperbaiki tulisan dan dikumpulkan terakhir, telat pula.
Malam itu saya sakit, menggigil. Jadi, tidur lebih awal. Ternyata di tengah malam, saya terbangunn dan melihat ada sms yang intinya saya lolos presentasi essay besok. Hah? Shock. Masih bingung.
Akhirnya saya berangkat ditemani seorang teman. Lantas duduk di salah satu ruangan gedung FISIP, dingin sekali ditambah deg-deg an yang nggak karuan. Empat orang yang maju setelah saya, semuanya adalah anak FISIP. Wow, bahasan mereka berat sekali, politik abis, presentasi 5 menit, tapi sesi tanya jawab bisa hampir 30 menit. Saya deg-degan sampai akhirnya ke kamar mandi. Semakin siang juri semakin garang. Saya semakin merasa kecil, rasanya saya salah ikut lomba, tapi apa boleh buat?
Tibalah waktunya saya maju. Saat mengucapkan salam, saya yakin orang tahu saya gemetar-an (ditambah lagi suaranya emang bergetar khas). Presentasi 5 menit usai, tibalah sesi berbahaya yaitu tanya jawab. Dan tebak!!! Juri itu mengawali pertanyaannya dengan sebuah pujian untuk tulisan saya yang bisa dibilang bagus diantara ke-empat peserta lainnya. Subhanallah, serasa ingin punya sayap untuk terbang. haha
Beruntungnya karena saya maju terakhir dan juri keburu sholat jumat, juri tidak terlalu banyak mengajukan pertanyaan, ada juga beberapa kritikan yang saya iyakan.
Salah satu kritikan itu adalah kesalahan saya yang tidak tepat dalam memberi judul. Judul tulisan di blog ini sudah saya revisi. Judul sebelumnya "Demokrasi : Dipertahankan atau Dihapuskan?"
Judul itu dipandang beberapa juri merupakan judul yang menentang dan menarik. Tapi karena tulisan saya fokus mengambil fakta-fakta di Indonesia, jadinya judul itu harusnya dirubah menjadi "Demokrasi di Indonesia : Dipertahankan atau Dihapuskan?"
Kesalahan tekhnis yang saya lakukan juga, dalam tulisan ini saya belum menjelaskan dengan glambang solusi Islam yang seperti apa. Saat itu juri menanyakannya.
"Dan saya menjawab : Demokrasi jelas harus dihapuskan dan diganti dengan Sistem Islam yang mengatur segala aspek kehidupan dalam sebuah naungan Khilafah Islamiyah seperti yang dulu pernah diajarkan Rasul dan berhasil menguasai 2/3 dunia".
Ah, sekilas dulu tentang pengalaman kecil yang sungguh sangat berharga.
Alhamdulillah, Allah memberi anugerah dengan menjadikan tulisan ini tulisan terbaik. Juara 1 Call for paper FISIP days 2012..
Semoga dapat diambil hikmahnya untuk para pembaca yang sedang mampir di sini. ^_^

4 komentar:

  1. menurut saya inti dari postingan ini bukan essay yang telah kamu tulis tapi bagaimana proses pembuatan tulisan ini atau cerita di balik tulisan, masyaallah...

    terima kasih sudah sedikit menyadarkan saya :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ya sebenarnya keduanya menjadi inti dari postingan kali ini...
      Berharap essaynya bermanfaat dan cerita yang mengirinya pun dapat diambil hikmah...

      Sama-sama... :)
      Syukron sudah mampir... :)

      Delete
  2. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  3. masalah yang perlu di diskusikan lebih lanjut...kebetulan ane tertarik sekali masalah politik seperti ini..

    ReplyDelete