HOME

Featured Post

Rindu Cahaya Islam kembali Membentangi Langit Eropa bahkan Dunia

oleh : Khaura El-Syada    Judul   : 99 Cahaya di Langit Eropa  Penulis : Hanum Salsabiela Rais dan Rangga  Almahera  Penerbi...

Waspada!!! Penipuan meraja...

Ini hanyalah salah satu kisah mungkin dari sejuta bahkan miliaran kisah yang ada. Kisah ini kisah nyata yang dialami oleh ibunda dari sahabatku. Di sini saya hanya ingin berbagi cerita agar Anda lebih berhati-hati terhadap modus-modus penipuan yang semakin kreatif.
Seperti kata Bang Napi, "Waspadalah, waspadalah..."

Kisah ini saya bungkus selayaknya sebuah cerita pendek dengan nama-nama samaran. Tapi diangkat dari kisah nyata.

----
Ada 3 anggota keluarga, Ria sebagai kakak pertama yang saat ini duduk di bangku kuilah, hilman dan Amil, adik Ria. Amil ini masih di bangku Sd. Tapi Hilman sudah kelas 3 SMA. dan Ibunda yang sangat mereka sayangi. Ibunda yang tak pernah lelah menabur benih cinta. Ibunda yang selalu tampakkan wajah ceria.
Seperti biasa, kegiatan di pagi hari, bunda menyiapkan sarapan. Ria, Hilman dan Amil menyiapkan ini itu untuk keperluan belajar sebelum berangkat. Usai sarapan, satu persatu berpamitan, menenteng tas masing-masing untuk berangkat menuntut ilmu. Tempat sekolah Ria, Hilman dan Amil berjarak lumayan jauh dari rumah, untuk itu mereka harus lebih rajin berangkat awal. Tak lupa mereka menyalami tangan bunda, Bunda tersayang. ^^

Matahari belum benar-benar berada di atas kepala dan udara belum begitu panas. Rumah sudah rapi. Bunda sedang duduk santai di teras rumah. Tadinya suasana sekitar rumah rame, bapak-bapak akan berangkat kerja, anak-anak berangkat sekolah. Sudah lewat beberapa jam dan sekarang sepi.
Kriing...Kriing...
"Halo, Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumsalam. Apa ini benar Ibu dari Amil, siswa kelas 6 SD di SD Bintang? " Sahut suara dari seberang, parau diselingi dengan isak tangis.
"Iya benar. Maaf, ini dengan siapa?" Deg. Bunda agak cemas mendengar suara di seberang yang diikuti dengan isak tangis.
"Saya Guru dari Amil, bu. Begini, kami minta maaf karena kelalaian kami menjaga Amil. Amil terjatuh dari lantai 3 gedung sekolah. Kepalanya terbentur besi, dan Amil sekarang tidak sadarkan diri."
Suara itu membuat Bunda terduduk lemas.
"Astaghfirullah, Amil anakku. Bagaimana keadaannya, bu?" Bunda sudah tidak bisa menahan isak tangisnya yang pecah.

"Sekarang sedang ditahani oleh pihak rumah sakit. Pihak rumah sakit mengatakan harus melakukan operasi untuk Amil dengan segera sebelum terlambat. Untuk itu, kami mohon izin kepada ibu, dan meminta tolong agar mentransfer uang sebesar 20 juta untuk kepentingan operasi Amil karena pihak rumah sakit meminta kelengkapan administrasi terlebih dahulu sebelum operasi dilakukan. Apa Ibu bisa secepatnya mentransfer uang ke rekening kami?"
"Ya Allah, Amiiilll. Baik bu. Saya akan segera mentransfer uang tersebut. Berapa nomer rekeningnya?"
"11100022200 atas nama Rina. Terimakasih bu. kami tunggu secepatnya dan disini kami usahakan untuk melakukan yang terbaik buat Amil."
"Iya, bu. Saya titip Amil."
"Pasti, bu. Wassalamu'alaikum."
Bunda bergegas keluar rumah membawa buku tabungan. Hari itu menjelang siang, Bunda berjalan sambil sedikit berlari menuju gang, terus menusuri jalanan hingga sampai ke bank terdekat. Tapi antrian begitu panjang. Tetesan air mata yang tidak dapat dibendungnya terus berjatuhan. Lemas. Bunda bahkan hampir terjatuh tak berdaya. Yang ada di pikirannya hanyalah Amil. Bunda sempat berpikir akan menerobos antrian itu, tapi berapa orang yang akan menghujatnya dan mempersulitnya. Ini hanya akan memperpanjang waktu.

"Allah, hamba ini hanyalah hamba kecil yang tidak berdaya. Engkaulah yang menggenggam umur Amil, anak hamba. Maaf, bukannya hamba lalai menjaga amanahMu, hamba berusaha segala yang hamba bisa lakukan. Tapi tetaplah Engkau yang menentukan hidup mati Amil. Jikalau umur Amil memang sampai di sini, hamba rela melepasnya, tapi bukan karena hamba telat membayar biaya operasi untuk Amil. Allah, kuatkanlah hamba ini."
Bunda berdo'a di dalam hatinya, keluar dari antrian panjang dan pergi mencari kendaraan untuk pergi menuju sekolah Amil.
Matanya sembab, hidungnya merah. Kerudung Bunda sudah tak karuan. Bunda terus berdo'a memohon yang terbaik untuk Amil. Sampai akhirnya Bunda sampai di Sekolah Amil.
Sekolah Amil sepi, tidak ada hingar-bingar adanya kecelakaan mengenaskan di sekolah ini. Bunda terheran dan mlengkah maju menemui Satpam penjaga pintu gerbang.
"Maaf ibu, ada yang bisa saya bantu?" Sapa Satpam penjaga gerbang sekolah.
"Iya, bapak. Saya ingin bertanya, apa ada anak sakit yang jatuh dari lantai 3 hari ini?"
"Tidak ada, bu. Tadi pagi upacara seperti biasa dan ada salah satu siswa yang pingsan saat upacara tadi."
"Begitu, pak. Apa ada kejadian lain?"
"Maaf, bu. Tidak ada. Pembelajaran berjalan lancar seperti biasa"
"Makasih bapak, saya ingin masuk sebentar menemui salah satu guru."
"Baik. Silahkan bu" Satpam itu mempersilahkan Bunda dan mengantarnya sampai ke depan kantor guru.

Seorang guru gelisah melihat wajah Bunda yang sembab dan mempersilahkan Bunda masuk ke dalam untuk berbicara dengan nyaman.
"Maaf, bu. Ada yang bisa saya bantu? Apa yang terjadi hingga Ibu mampir ke sini dengan wajah sendu seperti itu?"
Bunda menceritakan telepon yang dia terima kepada Guru tersebut.
"Oh. Tenang, ibu. Daritadi tidak ada kejadian seperti itu di sini. Amil insya allah sehat. Akan saya panggilkan Amil, agar Ibu bisa lega," Jawab Guru itu tenang, menepuk pundak bunda untuk menenangkan kekalutan bunda.
"Iya, bu. Terimakasih."

Amil datang, masuk ke dalam ruangan dimana bunda sedang duduk gelisah menanti dirinya. 
"Amil, anakku." Bunda seketika berdiri dan memeluk Amil. Mengelus-ngelus kepala Amil dan mengecup dahinya. Amil bingung melihat kesenduan di wajah Bunda.
"Bunda kenapa? Amil kok dipeluk-peluk begini?"
""Bunda kangen sama Amil, sayang." Tangisan itu lagi-lagi pecah diiringi ucapan syukur yang tak henti. 

- * o-o * -

Ini hanyalah sekelumit cerita.
Cobalah cermati. 20 juta hampir saja melayang dengan alasan nyawa. Penelpon begitu detail menyebutkan nama sang anak dan juga tempat sekolahnya.
Detail yang seperti itu akan membuat seorang Ibu langsung melakukan tindakan tanpa pikir panjang, karena sekali lagi, alasan yang digunakan adalah nyawa anak tersayang.
Detail seperti itu adalah setail yang terencana, dengan nama lain, penelepon sudah lama mengincar.
Penelpon berusaha membuat panik agar sang ibu bisa cepat melakukan tindakan.

Ibu mana yang tega jika anaknya benar-benar mengalami kejadian seperti itu. Seorang Ibu pasti tidak akan hanya tinggal diam. Bahkan jika di tabungan tidak ada uang 20 juta, dia akan meminjam ke sana kemari.
Kita harus waspada untuk modus-modus penipuan seperti ini. Bahkan cerita sahabat saya, beberapa tetangga pernah mengalami hal yang sama dengan modus yang hampir mirip.

Oleh karena itu, waspadalah. Tetap tenang, teruslah berdo'a meminta pertolongan kepada Allah, Yang Maha Menolong. Yakinlah, Allah tidak pernah tidur, Dia akan mendengar segala do'a.
Lebih berhati-hati dan mengonfirmasi kembali jika ada kejadian-kejadian tidak terduga.
Hanya itu yang bisa saya sampaikan. Tulisan ini pun permintaan dari sahabat saya, agar ikut memberikan setidaknya sedikit Warning kepada Anda, para pembaca yang mampir ke blog ini. ^_^
Salam,
- Khaura El-Syada-

0 komentar:

Post a Comment