HOME

Featured Post

Rindu Cahaya Islam kembali Membentangi Langit Eropa bahkan Dunia

oleh : Khaura El-Syada    Judul   : 99 Cahaya di Langit Eropa  Penulis : Hanum Salsabiela Rais dan Rangga  Almahera  Penerbi...

Bersyukur di Penghujung 25...


Ini bukan kisah hidupku. Tapi kisah hidup kakakku yang aku hormati dan aku sayangi.

Aku sudah terbiasa dengan rumah sakit sejak kecil, ini bukan karena aku sering sakit, tapi  karena ayahku bekerja di rumah sakit. Dan jangan salah juga, ayahku bukan seorang dokter, aku tidak tau tepatnya ayahku sebagai apa, tapi yang jelas dia di bagian keuangan. Aku terbiasa sejak kecil dengan hawa rumah sakit. Hem, di keluargaku sedikit sakit saja akan dirujuk ke rumah sakit walau hanya flu. Itu karena kita berobat gratis. Seingat aku ayah dulu juga sering dimintai tolong oleh tetanggaku untuk meminta obat di rumah sakit, kan gratis..jadi gratisan ini bisa dipergunakan untuk menolong tetangga. Huah..Bayangkan betapa banyaknya obat yang ada di rumahku..Tidak ada satupun anggota keluargaku yang tidak memiliki obat...*hehe :D
Singkat cerita, aku memiliki seorang kakak yang hebat (di mataku). Dia sangat sayang dengan adik-adiknya. Hem, dan dia sangat halus. Pernah suatu saat aku ingin beli sepatu, entah kenapa mood ku lagi nggak bagus atau gimana, biasanya kalau mau beli sepatu sekali lihat langsung suka. Tapi kali ini saat aku ditemani kakakku untuk beli sepatu baru, berbagai macam toko kita datangi tapi aku belum menemukan satu yang cocok. Sampailah di suatu toko, aku sudah putus asa..kadang aku suka nggak ada nomornya atau nggak ada warna yang cocok. Kakakku begitu sabar menemani keliling toko. Sampai Aku memutuskan untuk memilih apa aja. Tapi kakakku sepertinya tahu dan berkata “Sudahlah, kalau nggak ada yang disuka, nggak usah maksa nanti kita cari lagi di tempat lain.”..Itulah, coba saja aku sekarang jalannya sama ayah atau ibuku, mungkin mereka sudah sangat kesal olehku karena ribet memilah milih sepatu...
Sampai suatu saat, Kakakku ini pernah mengantarku untuk kembali ke asramaku naek motor. Dan tiba-tiba terjadi kecelakaan.
Ah, itulah pertama kali aku kecelakaan, meregang nyawa, aku pegangan erat jaket kakakku dan kita jatuh. Aku shock, bingung. Motor di depan kami tadi tiba-tiba belok tanpa ada tanda lampu send nya...Dan Kakakku sedang melaju kencang, di atas 100. Rem mendadak, benturan dan brakkk..kita semua terjatuh. Jauh di pandanganku aku melihat sebuah truk yang mengerem di jarak yang tidak terlalu dekat dan tidak terlalu jauh menurutku. Oh, aku diambang kematian. Seseorang mengangkatku, akupun berdiri masih dengan linglung dan begitu juga kakakku. Miris aku melihat tangan kakakku berdarah-darah, kakinya entah kenapa yang jelas dia kesakitan. Dan Aku tak ada luka sedikitpun di tubuhku. Aku hanya diam melihat masku yang marah (tapi percayalah dia marah dengan nada yg masih wajar..hihi :D), dia marah pada dua bapak-bapak yang menabrak kami tadi. Yang dipersoalkan kakakku adalah jika terjadi apa-apa denganku. Ya Allah..Padahal aku tidak apa-apa, sehat dan malah keadaannya yang lebih parah. Kakakku mungkin tidak terlalu shock karena sebelumnya juga pernah mengalami kecelakaan bersama temannya. Ah...Aku hanya menunduk pilu melihat ini semua.
Lama setelah waktu itu berlalu, setiap melewati jalan itu, aku dan kakakku hanya tersenyum jenaka, untung saja kita bukan orang yang traumatis. Aku tetap enjoy dibonceng kakakku walalupun kadang saat dia mulai melaju kencang, jantungku berdebar-debar takut apa yang telah terjadi akan terulang, namun biasanya kakakku akan menenangkanku dengan menepuk-menepuk kakiku sambil tetap melaju. Hoh...memang kakakku ini pembalap ulung. Aku hanya bisa mengulum senyum. ^_^
Sampai suatu saat di penghujung umur kakakku yang ke-25. Yah dia kembali mengalami kecelakaan. Dia saat itu bersama temannya. Kecelakaan ini lebih parah dari sebelumnya. Walaupun aku tidak tahu apa yang terjadi waktu itu karena aku sedang jauh dari rumah, dari nada ibu bicara itu sangat membuatku khawatir. Yah, Kaki kakakku patah dan akan langsung di operasi. Astaghfirullah..Aku terduduk lemas. Seperti apakah??kejadian saat kami kecelakaan kembali terlintas di memoriku. Lebih parah dari itu. Ah, aku tak tega jika saat itu aku harus melihat keadaannya langsung. Aku hanya bisa berdo’a, menunggu sms atau telpon kabar selanjutnya. Pipiku kembali basah oleh bulir-bulir air mata yang tidak bisa lagi aku bendung. Ya Allah, Berikan perlindungan terbaik kepada kakakku..

Hampir 2 bulan sejak kecelakaan itu aku belum melihat keadaan kakakku. Sampai akhirnya aku pulang ke rumah.  Aku menengoknya di kamar. Kakakku menyambutku.tersenyum. Ah, aku melihat kamarnya yang lengkap fasilitas, dari TV sampai komputer plu s speedy. Dan di sudut ruangan aku melihat ada tongkat, alat bantu jalan. Aku miris melihatnya. Dia melihatkan jahitan setelah operasi di kakinya. Jahitannya sepanjang itu dan dia juga melihatkan kepadaku foto hasil Rontgen saat tulang kakinya (tepatnya ini tulang kering sepertinya..) patah hingga menonjol keluar. Ya Allah, aku merinding melihat foto itu. Alhamdulillah aku masih bersyukur, sekarang kakakku ini sehat.
Masih ingat dengan cerita gratis berobat di rumah sakit sebelumnya. Aku baru tau dari ibu, saat kami berbincang-bincang di dapur. Berobat gratis itu tetap berlaku sampai usia anak 25 tahun. Ya Allah, 1 bulan lagi kakakku ini akan berumur 25 tahun. Hampir aku titikkan airmata lagi,, Betapa Besar Anugerah ini?? Aku tidak bisa membayangkan jika semua pengobatan ini tidak gratis, belum biaya pendidikan yang semakin mahal, biaya ganti rugi kecelakaan, terapi jalan tiap 2 hari sekali, obat-obat an yang harus teratur diminum. Itu semua membutuhkan uang yang lebih..Alhamdulillah, Di setiap musibah yang Engkau Berikan kami masih bisa bersyukur Ya Allah..

Proses kakakku bisa berjalan lagi masih panjang. Bahkan telapak kakinya belum boleh menapak lantai. Walaupun begitu Kakakku ini benar-benar mandiri. Tidak lantas dia diberi waktu untuk lebih banyak istirahat dia tidak melakukan apa-apa. Ah, aku salut melihatnya.
Sampai kemarin ini, kakakku sudah lama tidak ikut sholat jum’at. Dan kemaren dia sengaja membangunkan adikku untuk mengajaknya sholat Jum’at bersama di masjid yang agak jauh dari rumah dengan naik motor. Karena masjid di dekat rumah kurang teratur  untuk sholat jum’at. Mungkin kakakku takut tidak menemukan tempat yang cocok untuk sholat sambil duduk. Dia membawa 2 tongkat, alat bantu jalan. Memakai satu sandal hanya untuk 1 kaki saja. Aku melihatnya bahkan sambil menitikkan air mata. Kakakku rindu sholat jum’at, setelah lama dia tidak melaksanakannya karena keadaan yang tidak memungkinkan. Ya Allah, Berikan kekuatan kepada kakakku ini, kesabaran untuk menerima semua musibahMu, Aku tau dia sangat bosan hanya berdiam diri di kamar, Semoga banyak hikmah yang bisa dia ambil dari semua runtutan kejadian ini. Berikan dia kesehatan agar nantinya lebih mudah untuk beribadah kepadaMu. Amiin Ya Robbal ‘Alamin.. ^^...
“Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?”....

0 komentar:

Post a Comment