HOME

Featured Post

Rindu Cahaya Islam kembali Membentangi Langit Eropa bahkan Dunia

oleh : Khaura El-Syada    Judul   : 99 Cahaya di Langit Eropa  Penulis : Hanum Salsabiela Rais dan Rangga  Almahera  Penerbi...

Rabu yang pilu... Selamat Jalan, temanku...

"Tuhan, Dosaku menggunung tinggi tapi rahmat Mu melangit luas...
Harga selautan syukurku hanyalah setitik nikmatMu di Bumi..."
~ Nasyid-Arifin Ilham~



Pagi ini indah,,26 Oktober 2011....
Angin sangat bersahabat, berhembus pelan seperti biasanya. Mentari pun tetap bersinar indah. Hangat.
Aku dan teman-temanku berjalan menuju kampus. Bercanda, tertawa bahagia. Kami berjalan beriringan, dengan tas gembol kami yang berisi peralatan praktikum. Ah, ini hal biasa...
Berawal dengan mata kuliah toksikologi. Dosen yang satu ini sangat istimewa. Dia seringkali datang telat, tak terkecuali hari ini. Waktu kosong saat menunggu dosen datang, kami gunakan untuk mengerjakan jurnal resep. Ah, tidak ada yang berbeda.
Semua berlanjut layaknya hari rabu lalu. Pak dosen pun tiba, beberapa menit kami belajar bersama, kemudian melanjutkan mata kuliah praktikum farmakognosi. Lagi-lagi, hari itu beberapa dosen tim praktikum hanya datang sebentar, dan kemudian pergi. Kami praktikum mandiri mengamati beberapa simplisia (serbuk alam) di bawah mikroskop. Waktu kuliah pun selesai. Namun, tidak untukku dan teman sekelompokku. Kami harus melanjutkan praktikum Kimia Organik-Kitosan. Akhirnya, kami berempat sibuk dengan praktikum kami.

Bukan hanya kami yang sibuk praktikum, tapi banyak kakak kelas di lab. Kami pun mengobrol tentang teman sekelasku yang sedang sakit 'Leukimia' dan dirawat di rumah sakit. Di sela-sela obrolan kami terselip banyak do'a untuknya. Agar dia lekas sembuh. aminnn...

***
Dia anak rajin, bahkan terlalu rajin di kelasku. Aku mengagumi kesederhanaanya dan dia lumayan lembut. Ah, dari dulu aku ingin sekali bisa se-rajin dia. Rasanya ada ilmu di tiap langkahnya. Ya, dia tak pernah lupa membawa buku di waktu kosongnya. Membaca.
 Ohhh...Salut sekali sama Mahasiswa yang belajar setiap waktu, bukan hanya pada saat ujian, sepertiku...



Tepatnya, Sabtu yang lalu, aku dan beberapa teman menjenguknya. Dia tertawa lepas, tidak seperti saat aku menjenguk di hari sebelumnya. Aku bahkan beberapa kali menggodanya sampai dia tidak dapat menahan tawanya. Dia juga bersalaman dengan kami, lebih ramah tidak seperti saat aku menjenguk sebelumnya, dia hanya diam dan mendengarkan kami berbicara, walaupun sesekali mengulum senyum manisnya.
Ah, aku tidak menyangka kalau temanku yang paling rajin ini harus tergeletak sakit di rumah sakit ini.

***
Akhirnya setelah hampir 3 jam kita melanjutkan praktikum Kitosan kami, sampailah pada tahap terakhir praktikum. beres-beres. ^_^
Kami berjalan bersama, ingin cepat pulang ke kontrakan. Tapi, teman sekamarku mengajakku untuk ikutserta dalam suatu acara kampus. Akhirnya aku pun ikut.
Sampai saat temanku mendapat telpon. Dan dia bilang teman ter-rajin ku telah tiada, telah dipanggil oleh-Nya. Tidak. Aku Tidak percaya. Ini pasti salah info. Sekelebat tawa nya saat aku jenguk hari sabtu lalu tiba-tiba saja melintas di kepalaku. Aku tidak ingin percaya begitu saja.Informan belum akurat, pikirku.

aku putuskan kembali ke lab, bertemu dengan beberapa temanku yang masih di sana. Mereka sedang menangis. Bulir-bulir air mata tak henti-henti nya menetes hangat di pipi. Ah, aku seakan masih tidak percaya dengan semua ini..tidak..lagi lagi aku berkata tidak. Dengan bulir air mata yang tanpa aku sadari sudah deras mengaliri pipiku. Lemas. Kakak kelasku datang menghampiriku, kemudian aku direngkuhnya lembut. Dan dia mengatakan "Sabar ya, Di doakan sajaa.."
Ya Allah, secepat ini kah?..pekikku.Semakin deras air mata ini mengalir. Derai tawa nya masih tergambar jelas di otakku.
Aku bersegera menelpon-siapa saja-. Dan aku pun segera bersiap-siap pulang untuk ikut serta pergi ke rumah sakit. Ya Allah, air mata ini tidak sanggup aku bendung di perjalanan pulang menuju kontrakan. Akhirnya aku memutuskan untuk naik ojek. Di tengah perjalanan, aku ingat bahwa aku hari ini lupa tidak membawa dompetku, makanya tadi pun aku tidak makan siang. Astaghfirullah,,,Sesampainya di kontrakan, aku lari secepat kilat ke kamarku. mengambil lembaran uang kertas untuk membayar ojek. Kemudian, bergegas berangkat ke rumah sakit tempat temanku dirawat.

Dalam perjalanan, hening. Aku coba cairkan suasana. Tapi, yang terasa tetaplah dingin. Apalagi s=disertai hujan yang begitu deras. Kita diam, terdiam dalam pikiran masing-masing. Antara percaya dan tidak.

Tubuh itu sudah terbujur kaku. Aku menyalami Sang Ibu, aku berusaha ikut menguatkannya, menyabarkannya padahal akupun butuh pegangan untuk bersandar. Ya Allah, Umur siapa yang tau.
Dia telah pergi menghadap-Mu dengan senyuman yang merekah di wajahnya. Indah dan damai.
Proses ini begitu cepat. Aku merinding melihat raga dan jiwa yang sudah terpisah. Aku merinding melihat segalanya telah berbeda. Karena Dia Yang Maha Merubah segalanya telah menunjukkan kuasanya.


Ya Allah, aku pun tidak pernah tau kapan umurku di dunia ini berakhir. Aku tidak pernah tau. Maka  apa yang aku siapkan jika nantinya aku akan bertemu mengahdap-Mu..Astaghfirullah, Astaghfirullahal'adhim...
Kini, temanku telah berbahagia di sisi-Mu. MenghadapMu.
Kepiluan hari ini berhikmah. Bahwa dia adalah tauladan belajar bagi kami, karena seakan-akan tiap waktunya adalah ilmu, bahkan di akhir masa hidupnya, dia pun masih meminta agar bukunya diantarkan ke rumah sakit. Subhanallah...
Kepiluan hari ini berhikmah. Bahwa umur siapa yang tau, Maka masihkah kami akan membuang waktu berharga ini??
Allah, Engkaulah Rabb Yang Maha Mengampuni. Maka Ampunilah dosa-dosa temanku ini, dosa-dosaku, dan dosa kedua orang tuaku. Aminn..Selamat Jalan, Teman...

"Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kemudian hanyalah kepada Kami kamu dikembalikan." (Al-Ankabut : 57 ).

0 komentar:

Post a Comment