HOME

Featured Post

Rindu Cahaya Islam kembali Membentangi Langit Eropa bahkan Dunia

oleh : Khaura El-Syada    Judul   : 99 Cahaya di Langit Eropa  Penulis : Hanum Salsabiela Rais dan Rangga  Almahera  Penerbi...

Mulianya Menahan Kantuk... :)

Mengantuk?
Ah, itu sudah cerita lama...
Hal yang paling nikmat di dunia adalah mengobati rasa kantuk itu dengan tidur? iya nggak?
Rasanya kasur, bantal dan guling menjadi hal yang paling ingin ditemui.. (edisi lebay.. hehee )
Tapi bagi rasa kantuk yang luar biasa, sudah nggak pandang tempat, sudah nggak pandang ada kasur, bantal ataupun guling, maka tidur dengan keadaan seperti apapun sangat nikmat..
Coba wawancara diri sendiri, pernah ngantuk dimana saja? 
emm...
  • Depan kamar mandi saat sedang berdiri antri mandi, sambil nyandar di dinding? ah masak iya bisa tidur berdiri? bisa.... namanya juga ngantuk :)
  • Saat lagi dengerin ceramah entah itu ceramah perkuliahan, ceramah pengajian dan ceramah apapun jenisnya, bahkan untuk yang satu ini, tempat duduk mau di depan ataupun di belakang bisa banget tidur.. (curhat... ehm)
  • Saat sholat...Wah parah, sholat ngantuk? Iya, ada lho. Dulu di pesantren sholat tarawih itu tengah malam sekalian disambung sholat tahajud dan sahur. bisa bayangkan bagaimana ngantuknya? Akhirnya banyak sekali yang terjatuh-jatuh berusaha menahan kantuk.
  • Sedang menunggu sesuatu. Di ruang tunggu bandara misalnya.. 
  • Habis sholat subuh..Wah ini parah ngantuknya. Pernah lihat kasur melambai-lambai? Kemudian bantal memanggil-manggil. Lalu akhirnya memalingkan muka dari kasur lalu pergi.. (Edisi sinetron.. hehe)
  • Di kendaraan umum.
  • banyak deh contohnya, nanti jadi skripsi kalo disebutin satu-satu..
Nah, banyak sekali kejadian mengantuk ini ditemui. Geli ketika melihat mereka yang sedang berupaya menahan kantuknya, lalu kepalanya terjatuh-jatuh. Ada pula yang mulai mengedip-ngedipkan matanya. Ada yang cubit-cubitan. Ada saja upaya kreatif untuk menahan kantuk.
Pernahkah berpikir. Menahan kantuk di beberapa kondisi itu sangat teramat mulia. Masalahnya simple, mengantuk maka selesailah jawabannya adalah tidur.  Apalagi jika sedang terjangkit virus malas, iya nggak?
Tapi pernah tahukah alasan mereka yang terkuat sampai dengan segala daya upaya kantuk yang begitu menggoda, kantuk yang ingin sekali diselesaikan ditahan begitu lama, berjam-jam...
Alasan mereka bermacam-macam dan beraneka ragam. Tahukah apa alasanya paling mulia?

Ada cerita seorang Ibu yang sejak dini hari dia terjaga, belum sempat istirahat sedikitpun. Dia mempunyai seorang anak yang belum genap dua tahun umurnya. Yakin sekali rasa kantuk menggodanya malam itu, ketika hujan tengah mengguyur, dinginnya menggoda untuk menarik selimut. Tapi anaknya masih terjaga, masih asyik berkutat dengan mainan barunya, puzzle huruf hijaiyah. Mati-matian dia menahan rasa lelah, menahan rasa kantuk yang rasanya menggelayuti kelopak matanya. Tapi tidak. Dia sadar dia masih harus terjaga menemani sang buah hati walaupun banyak sekali pekerjaan menanti esok hari.
(ini bukan ala cerpen ya. ini nyata..)

Ada lagi, seorang ayah yang bekerja tak kenal lelah demi menafkahi keluarganya di rumah. Malam itu waktunya istirahat, tapi dia masih mengikuti rapat kerja. Mengantuk rasanya dari pagi sampai tengah malam belum sempat mengistirahatkan tubuhnya sedikitpun.

Ada seorang kakak, dia yatim. Dia tahu ada yang harus dia lakukan, berjuang untuk pendidikan adik-adiknya, berjuang membantu sang ibu bekerja. Lelah ya, apalagi nanti hasilnya untuk orang lain, rasanya mending tidur jika dipikirkan secara rasional.

Tak hanya ini. Masih banyak lagi, mungkin aku, kamu dan di antara orang-orang seluruh negeri sedang mengalaminya. Rumus rasionalitas atas jawaban kantuk yang begitu simple seolah tak lagi berlaku untuk mereka. Ini adalah titik juang yang luar biasa, usaha yak tak terkira.
Tahukah bahwa mereka begitu mulia menahan kantuknya?
Alasan mereka beragam, untuk sebuah tanggungjawab. Sebegitu mulianya kah sebuah tanggung jawab, ya?
Untuk mereka yang tidak mengenal lelah atas amanah yang diemban di pundak.
Untuk mereka yang telah mengesampingkan rumus rasionalitas sebuah kantuk atas target yang ingin dicapai.
Untuk mereka semua. Semuanya.

Lantas alasan itu menjadi begitu mulia, begitu luar biasa terhormat skala dunia dan akhirat ketika alasan mereka adalah karena-Nya, karena tanggungjawab yang nanti bisa jadi akan menjadi item pertanyaan ketika nafas tak lagi berhembus. Ketika alasan itu adalah waktu yang nanti juga akan dimintai pertanggungjawaban untuk apa di alam baka.
Maka saat itu rumus rasionalitas memutus logika. 

Menahan kantuk adalah hal yang kecil, ya sangat kecil. Tapi tahukah dampaknya luar biasa? dan alasan yang mendasarinya begitu mulia jika itu adalah karena ibadah karenaNya.
Semua yang besar berawal dari hal-hal simple seperti ini.

Namun teman-teman, bukan berarti lantas berdalih tak ada waktu untuk tidur atau istirahat karena masih ada hak tubuh dan jiwa kita untuk beristirahat karena kesehatan juga penting...
Semoga tulisan simple ini bermanfaat... ^_^

1 komentar:

  1. menahan kantuk itu berat lo :) karena tubuh butuh istirahat.




    @mascluring

    ReplyDelete