HOME

Featured Post

Rindu Cahaya Islam kembali Membentangi Langit Eropa bahkan Dunia

oleh : Khaura El-Syada    Judul   : 99 Cahaya di Langit Eropa  Penulis : Hanum Salsabiela Rais dan Rangga  Almahera  Penerbi...

Belajar tentang keputusan..

Hidup adalah pilihan..

Ah ini mah sudah semboyan basi, iya nggak?
sering banget didenger, sering banget ditulis, sering banget dibaca...
tapi jarang disadari bahwa tiga kata itu bermakna begitu dalam..

Selama masih menginjakkan kaki di bumi, selama masih mampu untuk bernafas, selama itulah periode kita dalam memilih...
Yang mana kematian adalah penutup dari segala pilihan-pilihan.

Selama itu pula, akan bertemu dengan banyak sekali pilihan, lalu berbagai pilihan lantas menjadi sebuah keputusan,  keputusan itu bukan perbandingan 50 : 50 dari pilihan A dan pilihan B. Melainkan keputusan itu adalah saat ada perbandingan 51 : 49. Keputusan itu adalah suatu porsi terberat dari banyaknya pilihan yang berbeda.

Menulis ini bukan berarti aku telah mengerti banyak tentang keputusan, namun aku selalu belajar untuk memilih dan menetapkan banyak hal.
Pernah suatu waktu aku bertengkar hebat dengan seorang teman dekat, hanya karena sebuah pilihan. Namun kejadian itu sudah lama sekali.

Suatu waktu, aku pernah dihadapkan dengan dua pilihan, dua pilihan yang berat. Sebenarnya bukan hal berat, namun susah sekali saat itu untuk memutuskan.
Pilihan pertama adalah tentang sebuah amanah dan kedua adalah sebuah ajang kebersamaan yang tidak bisa lagi dirasakan di lain waktu.
Dan lagi, kedua kalinya aku mengalami satu keadaan yang sama, namun aku tetap bingung. Sampai aku menyadari suatu hal, baru saja.

Setiap orang punya perspektif yang berbeda terhadap suatu hal, jadi ketika meminta pertimbangan kepada orang lain untuk memutuskan, bisa jadi jawaban pilihan yang diterima berbeda. semakin bingung kan?

Pada saat pertama, aku memilih ingin ikut merasakan bahagianya sebuah kebersamaan. Ada seseorang yang menganggap bahwa point ini abaikan saja, kebersamaan itu bukan hal yang penting. Prioritaskan saja amanah, kebersamaan bisa dirasakan di lain kesempatan.

Ada hal yang janggal, siapa bilang kebersamaan bukan point penting, lihatlah satu lidi akan cepat sekali patah dibandingkan dengan kumpulan lidi. Lihatlah, alam juga berkata lain, kumpulan angsa terbang bersama dengan formasi V ternyata bisa menambah daya ambang sekitar 70 % bagi setiap angsa, hingga mereka lebih mudah untuk terbang bersama dibandingkan sendirian.
Kebersamaan juga adalah hal yang sangat penting bagi sebuah keluarga. Lantas, masih bisakah mengesampingkan kebersamaan? "tanyaku saat itu"

| Okelah prioritaskan yang harus dikerjakan dan bersangkutan dengan orang banyak, keduanya penting. |
- pendapat ini tidak memberikan jawaban juga -

Saat itu mereka mengatakan bahwa 50 itu berbeda dengan 49, bayangkan ketika sebuah keluarga besar pergi bersama, dan satu anggotanya tak datang, serasa ada tiang penyangga rumah yang hilang, miring. Enak nggak rasanya?
- statement ini semakin membuat kegalauan -

Maaf jika akhirnya keputusan yang aku buat nanti mengecewakan. Bukankah kita tidak bisa membahagiakan semua orang dengan keputusan kita?

| Ya, tapi setiap orang berusaha untuk membahagiakan kita, andai kau tau. |
- semakin membuat galau -

Pernyataan terakhir yang paling mengena. Rasanya langsung nancap, dalem. Saat itu yang terpikir adalah masalah prioritas, yang akhirnya aku mengambil pilihan amanah yang harus diemban, dan apapun yang terjadi nanti saat amanah itu diemban, berharap tidak akan ada penyesalan. Saat melihat kebersamaan itu ada tanpa aku, berharap tiada lagi kekecewaan karena salah memilih.

Pernyataan terakhir tapi tetap terngiang, jauh dalam langkah panjang cerita tentang keputusan. Sampai akhirnya menghadapi hal yang sama untuk kedua kalinya. Saat akhirnya menyadari bahwa tidak semua pilihan kita bisa membahagian orang lain, tidak selamanya. Dan saat pertimbangan memilih adalah untuk membahagiakan orang lain, maka masalah pilih-memilih ini tidak akan pernah usai. Karena perspektif orang berbeda-beda.

Bukan itu sebenarnya yang harus digunakan sebagai pertimbangan dalam memutuskan. Siapa yang ingin kita bahagiakan? Orang lain yang ada sekitar kita atau malah Dia Sang Pencipta, Allah.
Inilah titik pointnya. Dalam memilih dan memutuskan, yang kita inginkan adalah ridhoNya, yang kita harapkan adalah Dia menyukai hal-hal yang kita lakukan, bukan murka.

Maka prioritas itu  bukan hanya sekedar mana yang lebih penting?
namun mana hal yang lebih Dia sukai? Mana hal yang lebih Dia ridhoi untuk dilakukan?

Tentang sebuah pengorbanan. 

Yakin pastinya, saat seseorang bingung terhadap adanya pilihan-pilihan karena pilihan-pilihan yang ada sama-sama baik. Karena kalau pilihannya antara baik dan buruk, tidak ada kegalauan, pasti langsung klik memilih yang baik, bukan begitu? :_D
Di antara dua pilihan yang baik, itu hal yang sangat susah. Inilah sebuah pengorbanan. pengorbanan itu adalah ketika meninggalkan sebuah perkara yang baik untuk perkara yang lebih baik pula.
Seorang Ayah menghabiskan waktu bersama anaknya, bermain, belajar bersama, dengan canda tawa, ini adalah waktu yang luar biasa berharga. Namun, seorang Ayah harus meninggalkan rumah karena di pundaknya ada sebuah amanah yang harus dia lakukan yaitu mencari nafkah. Dua-duanya hal yang baik namun ada hal lebih baik yang harus dia lakukan, dan ini sebuah pengorbanan.
Jika seseorang berkacak pinggang lalu berkata, "Aku sudah berkorban demi kamu, aku tidak merokok lagi". Ini adalah kepalsuan. Hakikatnya, pengorbanan adalah meninggalkan yang baik untuk yang lebih baik. Kalau meninggalkan perkara yang buruk itu adalah keharusan bukan pengorbanan, dan ini adalah bagian dari pilihan kehidupan.

Konsekuensi dari sebuah pilihan
Setiap apa yang telah menjadi sebuah keputusan pasti ada sebuah konsekuensi. Dan keputusan yang kita buat saat ini adalah buah yang dihasilkan di masa depan. Ketika saat ini salah memilih, bisa jadi masa depan akan semakin suram. Dan segal hal yang dipilih nanti pasti ada pertanggungjawabannya. Maka wajar apabila ada sebuah hadist bahwa :

Kehidupan dunia adalah penjara bagi seorang mukmin dan surga bagi seorang kafir

(HR. Muslim)

Karena seorang mukmin sangat menyadari tentang konsekuensi dari sebuah pilihan, bahwa semuanya akan ada pertanggung jawabannya dan pilihannya hanya dua, surga ataukah neraka.
Andai saja pilihan yang diridhoiNya itu adalah pilihan yang berat dan sangat terjal, maka itu adalah hal wajar, karena kehidupan adalah penjara bagi kita yang beriman. Semoga dalam susah yang dirasa, ada manis yang terindra. :)


Jadilah engkau di dunia ini seperti orang asing
atau bahkan seperti orang yang sekedar lewat

(HR Bukhari)

Mereka yang hanya sekedar lewat, menyadari bahwa ini adalah sementara. Ini hanya sebuah perjalanan. Bahwasannya ada tempat yang mereka rindukan untuk kembali, ada tempat yang ingin dituju. Semoga kita selalu bijak dalam memaknai tiga kata yang penuh makna, Hidup adalah pilihan. 





0 komentar:

Post a Comment